Friday 27 March 2015

Sunni Kontra Syiah Part2 di tanah Yaman


           Pasukan pemberontak Houthi naik sebuah truk saat berpatroli di jalan-jalan Sana'a, Yaman.

Kemarin tepatnya tanggal 25 maret 2015, Raja baru Arab Saudi belum lama memangku jabatan sebagai orang berkuasa di negara tersebut telah memutuskan tindakan berani untuk menyerang dan menginvansi negara Yaman. Hal tersebut dilakukan atas permintaan dari pemerintahan sah Yaman yang telah digulingkan oleh pemberontak syiah Yaman, yang sekarang telah menduduki tampuk pemerintahan di Yaman. Sama-sama diketahui bahwa pemerintahan Yaman dan Arab Saudi adalah negara islam yang menganut paham SUNNI. Raja Yaman dan Saudi Arabia memiliki hubungan yang sangat baik, wajar saja apabila pemerintahan sah Yaman terguling meminta bantuan kepada raja Arab Saudi untuk mengembalikan instabilitas politik kekuasaan di negara Yaman. Al hasil pada tanggal 25 maret 2015 kemaren terciptalah invansi Yaman oleh militer Arab Saudi, tak tanggung-tanggung 100 unit armada jet tempur turut di terbangkan oleh Arab Saudi untuk menggempur kota Yaman. 

Ada beberapa faktor utama mengapa raja Arab Saudi berani menggempur kota Yaman :
1. Sama-sama memiliki kedekatan emosional dalam hal mazhab (SUNNI)
2. Faktor ekonomi terutama pendistribusian minyak
3. Syiah menjadi ancaman bagi raja arab saudi karena mereka anggap syiah adalah musuh yang paling dibenci dan ditakuti oleh pemerintahan Arab Saudi.
4. Campur tangan dan izin dari negara adi daya USA buat arab saudi selaku kaki tangan negara tersebut demi stabilitas politik dan ekonomi di Yaman.
5. Pemberontak Syiah Yaman di support penuh oleh negara Russia.

        Invansi militer Arab Saudi ke Yaman mengingatkan kita kepada kasus perang Crimea, Ukraina. Pemerintahan sah Ukraina dikudeta oleh pemberontak Crimea. Kemudian jatuh dan digantikan sepihak oleh pemerintahan baru ala pemberontak. Pemerintah sah Ukraina langsung meminta bantuan politik kepada negara Russia. Permintaan perlindungan pun diberikan oleh Vladimir Putin bukan itu saja Putin langsung menurunkan dan mensiagakan pasukan militernya ke perbatasan Crimea, Ukraina dengan dalih menyelamatkan dan mengamankan warga negara Russia di Crimea. 

         Pertanyaannya sekarang adalah “ apakah ini tindakan pembalasan dari Vladimir Putin dimana sewaktu kasus Crimea mencuat negara adi daya turut cuci tangan dalam mensupport pemberontak Crimea di Ukraina ?”.