Judul Artikel : Pernikahan Beda Agama, Pertaruhan Cinta kepada sang Khalik (Allah).
Oleh : Pitopangsan
Tuhan telah ciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita dimulai dari siang dan malam, kaya dan miskin, terpandang dan hina, surga dan neraka, tinggi dan rendah, pintar dan bodoh, cantik dan buruk rupa, taat dan pembangkang, pria dan wanita, kesemuanya itu adalah kesempurnaan Allah dalam menata keseimbangan siklus kehidupan duniawi. Sungguh maha suci Allah atas kuasanya melakukan hal tersebut.
Manusia merupakan mahluk yang sesempurna ciptaan. Jika, malaikat didesign dan dibekali oleh Allah hanya menguatkan imannya, maka mahluk ciptaan Allah yang lain seperti Hewan hanya dibekali berupa Nafsu tanpa keimanan. Dan mulia nya kita selaku mahluk ciptaan tuhan adalah dibekali kedua-duanya oleh sang pencipta, miliki iman malaikat, pun jua miliki nafsu hewani. Tanpa sadar, keduanya ini bisa sangat menonjol dalam kehidupan kita. Jika, imannya lebih condong maka manusia bisa berubah seperti karakter malaikat yang selalu taat dan bertasbih kepada rabbussamawati wal ardhi. Kebalikannya bila Nafsu hewani manusia lebih condong, maka tak ayal pula laku, mental dan pola hidupnya pun ibarat kehidupan hewan yang selalu merasa kenyang dan terpuaskan oleh nafsu semata.
Malaikat makanan ruhnya adalah iman, sedangkan hewan makanan ruhnya adalah nafsu, termasuk nafsu birahi. nafsu makan, nafsu minum, nafsu bertarung, nafsu serakah, nafsu berkuasa, nafsu otoritarian dan lain-lain yang disematkan kepada hewan. Jika malaikat mampu mengisi ruhnya dengan makanan keimanan itu pertanda bukti bahwa malaikat merupakan mahluk yang setia, cinta dan taat kepada Allah. Kecintaan malaikat kepada Allah diwujudkan dalam mampunya malaikat memikul tugas yang diamanahkan oleh Allah kepada mereka, ada yang menjaga pintu langit, ada yang menjaga syurga dan neraka, ada yang memikul arsy Allah, ada yang mendistribusikan rezeki kedunia, ada yang menyampaikan wahyu, ada yang pencabut nyawa mahluk dibumi, ada yang pencatat amal baik dan amal buruk, ada yang mengazab mayit dialam kubur, ada pula yang khusus menyaksikan manusia melaksanakan sholat subuh berjamaah dimasjid. Pun jua yang pasti semua malaikat itu melakukan tariqat zikir dan tasbih yang kontinue dan berulang-ulang tanpa henti-hentinya sebagai wujud mengagungkan Allah dan kecintaannya pada sang pencipta. Begitulah kelebihan malaikat dimata kita dan syariat agama kita, islam.
Cinta tentu membutuhkan pengorbanan, butuh kerelaan, butuh keikhlasan, butuh ketaatan semata. Lantas apa bukti cinta kita kepada Allah ? Tidak lain adalah pengabdian, penyembahan, dan pengorbanan. Manusia pengabdi Tuhan, Manusia penyembah Tuhan, dan Manusia yang rela berkorban kepada Tuhan. Rasa cinta ini wajib melebihi rasa cinta kita kepada mahluk Allah yang lain, seperti rasa cinta terhadap orangtua, rasa cinta terhadap istri dan suami, rasa cinta terhadap anak-anak, rasa cinta terhadap hewan peliharaan, bahkan rasa cinta terhadap alam dan tumbuhan-tumbuhan.
Lebih fokusnya lagi mengulas rasa cinta terhadap Allah ketimbang mahluk ciptaan NYA, terkadang banyak kalangan ummat manusia yang telah dengan sadar melanggar dan mendahulukan rasa cinta terhadap lawan jenis tanpa merasa kalau Allah itu punya rasa cemburu kepada mahluknya. Nabiyullah Ibrahim merupakan satu bukti sejarah bagaimana Allah itu merasa cemburu terhadap Ibrahim, dengan kedatangan anaknya yaitu Ismail. Sosok anak yang telah lama dinanti dan didambakan oleh nabiyullah Ibrahim kedatangannya. Sampai suatu masa Allah uji kecintaan Ibrahim dengan memerintahkan untuk menyembelih dan mengorbankan anaknya ismail sebagai bukti ketaatan dan kecintaan Ibrahim kepada NYA.
Lantas, apa yang banyak terjadi fenomena saat ini yang muncul dipermukaan adalah, telah terjadi pernikahan beda keyakinan agama. Yang disadari atau pun tanpa sadar kita telah meninggalkan Allah dengan mendahulukan rasa cinta terhadap manusia ketimbang rasa cinta kepada Allah. Mengapa demikian, karna setiap yang telah dibukukan dalam syariat agama islam baik itu Kitabullah (alqur'an) dan Al Hadist semuanya sudah ketetapan yang baku dan teratur untuk dipatuhi. Sami'na wa atho'na. Jika, Allah katakan dalam kalamnya (kitabullah) keharaman untuk menikahi seorang gadis yang berbeda keyakinan agama maka, itu adalah mutlak tanpa bantahan dari kita selaku pematuh dan pendengar syariat, terkecuali salahsatunya mengikuti keyakinan agama yang sama.
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment