Sunday, 26 May 2019

- "BELEK NAN TASINGGUONG LARANYO" -

Hasil gambar untuk Belek kosong


Junjuong-manjunjuong...
Tadah Goleh pun nan paliong angek...
Fitonah kaulak kamudiok...
Junjuongan Kalah...
Goleh Pocah...
Tadahpun indak takonang LEGOWO noaang...


Siklus 5 tahunan sakali....
Dikubilatkan jadi...
Sakralitas politik...
Nan basalinduong Ugamo...

Sara dan Konflik...

Belek nan tasingguong laranyo...
Belek longang...

Belek soghik...
Pemerintah tagotah-gotah...


Belek nan tasingguong laranyo...
Belek Ponuoh Dulangnyo...
Horamkan batarimo kasih...
Kek Tuhan dan pemerintah...


Belek nan tasingguong laranyo...
Pemerintah diamun-amun...
Sobab belek nyo taguncang-guncang...

Dan Junjuongan tatilontang K.O...

Belek nan tasingguong laranyo...
Olah konyang isi powik...
Olah taboli pakan dan susu anak...
Olah taisi pupuok kobun sawit...

Olah batambuoh loteng walet...
Olah bisa manginyam kudo bosi...

Pulang pai nayok Umroh dan Hoji... 
Ndak kan tandeh 7 turunan...
Razoki imau du...


Indak ciek lisan pun...
Tauntai ucapan syukur apolei Kamsiah...
Samo Penguaso...
Seolah-olah pemerintah...
Banodo sampai korak nerako...

Dasar Tuman !...


 Oleh Pitopangsan

Saturday, 25 May 2019

- NEGERI AJAIB ITU BERNAMA INDONESIA... -

Keterangan foto tidak tersedia. 



Sejak sebelum Pilpres kita sudah sangat waspada dengan senjata Firehose of Falsehood..
FoF atau propaganda kebohongan yang diyakini menjadi kebenaran ini menjadi senjata ampuh untuk memenangkan pertarungan Pilpres dibanyak negara. Dari senjata ini akhirnya terpilihlah para pemimpin yang menang bukan karena kemampuannya memimpin, tetapi karena kemampuannya menjatuhkan lawan politiknya dengan fitnah.

Jokowi sejak memimpin negeri ini sudah diserang dengan berbagai isu mulai PKI, antek China, sampai anti Islam. Pihak lawan seperti punya nafas yg panjang untuk membangun isu selama 5 tahun terus menerus tanpa putus. Dan pengaruhnya sangat terasa karena fitnah itu masuk ke majelis, pengajian sampai ceramah Jumat.

Digempur isu yang sama terus menerus, jelas akan berpengaruh terutama pada rakyat yang tidak punya pendirian dan kebanggaan akan dirinya. Banyak masyarakat yang melemparkan masalah ekonomi mereka pada Jokowi. Bahkan ketika Jokowi sedang membangun infrastruktur untuk menaikkan tingkat ekonomi, tetap saja dicibir habis-habisan.

Tapi menariknya, negeri ini ternyata bertahan jauh lebih kuat dari propaganda kebohongan itu sendiri.
Mendekati Pilpres, muncul kekuatan dari masyarakat dari semua tingkat sosial maupun lintas agama untuk membela Jokowi. Mereka tiba-tiba menjadi militan dengan turun kebawah dan bertarung di media sosial. 

Ada ketakutan dari mereka yang biasanya apatis terhadap pemilu, dan akhirnya keluar untuk bertarung habis-habisan. "Bukan waktunya lagi diam.." begitu kata teman seorang CEO di perusahaan multinasional yang biasanya tidak perduli pada pemilu. Bahkan dia sengaja menunda liburannya keluar negeri hanya untuk memilih seorang Jokowi. Mengagumkan..
Bahkan dari sisi umat Katolik, yang biasanya tidak pernah mencampur urusan politik dengan agama, tiba-tiba bergerak bersama dengan bahasa politik kebangsaan. 

Ya, Pilpres 2019 ini bukan sekedar memilih siapa Presidennya, tetapi lebih kepada bagaimana mempertahankan negeri ini sekuat tenaga dari serbuan kaum radikal. Ada ketakutan bahwa Indonesia bisa seperti Suriah, Libya, Irak kelak jika tidak ada gerakan militan mempertahankannya.
Dan Indonesia sekali lagi membuktikan kedigdayaannya..

Disaat banyak negara habis dengan senjata pemusnah massal berupa fitnah dan hoax yang menghantam massif, negeri ini tetap berdiri dengan kokoh dengan memenangkan pemimpin yang benar. Kita sejatinya sedang berjuang membela diri sendiri dari arus kuat radikalisme yang sedang mencengkeram. Dan kita menang.

Riak-riak kerusuhan pasca Pilpres dari mereka yang mengamuk karena kalah, itu seperti nafas dan gerakan terakhir dari musuh bernama radikalisme itu. Mereka kecewa berat tahun 2019 ini bisa jadi adalah lonceng kematian mereka. Karena itulah mereka membangun kerusuhan dan ternyata mereka kalah, sekali lagi.

Saya sendiri menjadi percaya dengan narasi "Negeri ajaib dari Timur.." yang muncul di beberapa kitab tua yang sering diartikan bahwa itu adalah Indonesia. Keajaiban tidak datang dengan sendirinya, ia hadir dalam bentuk perjuangan-perjuangan yang muncul setahap demi setahap karena peristiwa. 

Rasanya merinding ketika melihat bahwa bisa saja kita kalah dan negeri ini menjadi Suriah kedua.
Tapi kita berhasil membuktikan, bahkan kepada dunia internasional, bahwa benteng kokoh bernama Pancasila itu, layak dijadikan pelajaran bagi banyak bangsa didunia. 

Kita harus bangga pada negeri ini dan diri kita sendiri. Kita angkat secangkir kopi jika nanti sudah saatnya berbuka...

Penulis oleh : Denny Siregar
Dikutip dari halaman FB DennySiregar


Tuesday, 14 May 2019

- Jangan jadi Paradoks, Jika UNESCO mengukuhkan-NYA Kelak -

Hasil gambar untuk candi muara takus



Waisak akan diadakan perayaannya di-kota peradaban tuo Nagoghi "Candi Muara Takus". Kepercayaan ini adalah suatu tantangan hebat bagi Stake Holder Riau terkhususnya Gubernur Riau, Syamsuar dan Bupati kabupaten Kampar beserta Instansi Dinas Pariwisata RIAU yang akan terlibat aktif dalam mensukseskan perayaan nasional tahunan ummat Buddha diseluruh indonesia. Memang berasa amat ganjil dan sangat terkejut bercampur bangga, selaku anak nagoghi yang beradat jati Kampar. Berasa ganjil karena, selama ini perayaan Waisak selalu diadakan dan identik dengan Komplek Candi Borobodur, Magelang Jawa Tengah. Sontak tetiba Peradaban Tuo Nagoghi "Komplek Candi Muara Takus." positif akan diamanahkan menjadi tuan rumah pusat perayaan hari raya Waisak Nasional seluruh Indonesia. Wow, Amazing sekali ! Perlahan tapi, pasti sejarah ketenaran peradaban tuo beserta fakta kebenaran historisnya akan "mengelupaskan kulitnya" sehingga menampakkan "Isi sejarah" yang sebenarnya. 

Sedikit wawasan buat kita selaku anak jati kampar, bahwa dahulu (perkiraan Akhir Sebelum Masehi hingga Awal Masehi) dikala dunia dikuasai oleh 3 kekuatan peradaban adidaya : Peradaban India, Peradaban Tiongkok dan Peradaban Srivijaya (SwarnaBumi/SundaLand). ketiga peradaban ini punya cerita kejayaannya masing-masing dan punya plot sangat kuat dalam mengembangkan kultur budaya, sosiologi bahkan memiliki ketersambungan interkoneksi dalam hal Kerohanian dan pendidikan spritual (Aliran Mahayana). Jalur sutera yang dirintis pada masa 3 peradaban meliputi : Jalur daratan india (Nalanda) - SwarnaBumi - Jalur Pesisir Tiongkok, tidak lain adalah merupakan jalur perdagangan bisnis, jalur menempuh pendidikan spritual keagamaan para bikhsu dan bikhuni. Nah, kompleks candi muara takus yang sekarang ini dulunya adalah merupakan basis kedua pendidikan spritual teologis para bikhsu/bikhuni setelah NALANDA (India). Didua kota pendidikan ini lah (Nalanda dan Swarnabumi) semua bikhsu dan bikhuni ditempah spritual keagamaannya. 

Sebenarnya, kompleks candi muara takus ini sudah lama menjadi cagar budaya bangsa. Namun, masih belum dikukuhkan permanen menjadi Cagar Budaya Dunia oleh Unesco layaknya Borobudur yang sudah menjadi warisan budaya Dunia lebih dahulu. Jika, diteliti lebih mendalam sejarah pembuatan dan berdirinya kedua kompleks candi ini sangat jauh berbeda, ditengarai kompleks Candi Muara Takus punya historis labeling penanggalan yang cukup tua ketimbang pendirian kompleks Candi Borobudur. Diprediksi kompleks candi muara takus eksistensinya mulai wujud ketika penguasa raja Ashoka berjaya (berkisar Akhir SM hingga Awal Masehi- 4 Masehi). 

Lantas pertanyaannya sekarang adalah : "Apa orientasi kedepan kita selaku anak jati kampar untuk mengorbitkan, mempromosikan kompleks candi muara takus agar menjadi situs Warisan Dunia (UNESCO) ? Jawabannya adalah WELCOME terhadap TAMU. Karna Akhlak Rasulullah yang sampai detik ini menjadi suatu Interaksi positif lagi bermanfaat yang sangat dijunjung nilai-nilai tradisinya oleh bangsa arab adalah "MEMULIAKAN TAMU".

Sekian, terimakasih
Semoga bermanfaat


Oleh Pitopangsan (NF)



Friday, 10 May 2019

Gus Dur: Jika Kamu Ahli Ibadah, Jangan Pandang Rendah Orang yang Tak Beribadah

Gus Dur: Jika Kamu Ahli Ibadah, Jangan Pandang Rendah Orang yang Tak Beribadah



MusliModerat.net - WEJANGAN KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)
Jika Allah memudahkan bagimu mengerjakan sholat malam, Maka janganlah memandang rendah orang-orang yang tidur.

Jika Allah memudahkan bagimu melaksanakan puasa, Maka janganlah memandang rendah orang-orang yang tidak berpuasa dengan tatapan menghinakan.
Jika Allah memudahkan bagimu membuka pintu untuk berjihad, Maka janganlah kamu memandang rendah orang-orang tidak berjihad dengan pandangan meremehkan.

Jika Allah memudahkan dirimu dalam mengais rezky bagimu, Maka jangan memandang rendah orang-orang yang berhutang dan kurang rizkynya dengan pandangan yang mengejek dan mencela. Karena itu semua adalah titipan Allah yang suatu saat akan kau pertanggung jawabkan kelak.
Jika Allah memudahkan pemahaman agama bagimu, Maka janganlah kamu meremehkan orang-orang yang belum faham agama dengan pandangan hina.

Jika Allah memudahkan ilmu bagimu, Maka janganlah kamu sombong dan bangga diri, Karena Allah lah yang memberimu pemahaman itu.
Boleh jadi orang yang tidak mengerjakan qiyamul lail, Puasa (sunnah) tidak berjihad dsb mereka lebih dekat Allah daripada dirimu.
Al-fatihah...

Wednesday, 8 May 2019

"SEJARAH TANPA FAKTA ADALAH FIKSI."


Example : Moh. Yamin pernah nyatakan bahwa semangat sangsaka merahputih (Kebangsaan Indonesia) itu sudah ada ribuan tahun dikala Patih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapanya yang termashur itu.

Padahal, fakta sejarahnya bahwa istilah BANGSA, baru terbangun (ada) pada tahun 1928, era tahun 20 an ini secara fakta sejarah, masyarakat terbentuk dengan panggilan istilah "Bangsa Sumatera", "Bangsa Celebes", "Bangsa Java" dan lain-lain. Semua masyarakat dulunya terwakilkan oleh panggilan "Bangsa" wilayahnya masing-masing. Pasca Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 barulah beragam jenis bangsa diatas tadi meleburkan diri jadi satu dengan sebutan "BANGSA INDONESIA".
Pertanyaannya sekarang dengan pernyataan Moh. Yamin diatas adalah : "Apakah sama visi misi ikrar nya patih gajah mada dengan ikrar yang dicetuskan oleh pemuda-pemudi bangsa dalam kerangka Sumpah pemuda 1928 ?". Jawabannya tidak sama, dan punya perbedaan yang sangat substansial dari tujuan awal diikrarkannya kedua sumpah tersebut. 

- Ikrar sumpah maha patih gajah mada berorientasi misi penaklukkan ekspansi tanah dan kekuasaan diluar Java (yang dulu dikenal dengan nama NUSANTARA). Istilah Nusantara adalah panggilan wilayah diluar tanah java (pulau jawa). Ikrar sumpah palapa ini, kemudian diiringi dengan trik dan strategi kebijakan "EKSPEDISI PAMALAYU" supaya tujuan penyatuan pulau-pulau Nusantara jadi terwujud. 

- Sementara Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 itu punya orientasi merangkul perbedaan bangsa-bangsa di Nusantara dalam rangka menyatupadankan hati, pikiran dan semangat dalam suatu konsep "KEBANGSAAN YANG SATU" yakni dalam satu wadah BANGSA INDONESIA. Ikrar 1928 ini, sangat soft tanpa ada kekerasan apalagi penaklukkan perang untuk tunduk dalam satu wilayah (Lebih menekankan konsep perundingan dalam suatu kesepakatan bersama).

Nah, Ikrar Sumpah Pemuda 1928 ini sejatinya adalah EMBRIO perintis dari semangat "KECINTAAN TERHADAP TANAH AIR YANG SATU." 


Terimakasih, Semoga bermanfaat
Oleh : Pitopangsan (NF)

Wednesday, 1 May 2019

- Singkap Tabir Manfaat Wacana Pemindahan Ibukota -

Hasil gambar untuk ibukota pindah
Wacana Pemindahan Ibukota tak ada yang istimewa jika disikapi sebagai pengalihan isu. Kenapa ? karna bila wacana ini jadi fakta (Kenyataan dilapangan) kedepannya maka, ada dua rahasia besar manfaat yang tersirat (belum terungkap) yaitu :

1. Mematahkan Image dimasyarakat bahwa selama ini "Jawa jadi titik sentral perekonomian Indonesia."
2. Mengaplikasikan sila ke-Lima Pancasila "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia."
Pemindahan Ibukota dalam suatu negara itu bukan hal yang musti diboombastickan, apalagi hanya dianggap sebagai pengalihan issue semata. Negara dan pemerintah pusat tentu punya agenda kepentingan Nasional untuk menata ulang kembali Perekonomian Nasional dari jalur Tata Ruang Kota Ibukota yang lebih baik dan safety (aman) kedepannya. Jika, wacana ini menjadi bukti nyata dilapangan oleh Pemerintah Pusat, maka Negara memang sangat concern (serius) membuat pemerataan Pembangunan Ekonomi (yang selama ini telah terbangun image dimasyarakat bahwa "Sentralisai Jawasentris" perlahanakan pupus) dan keadilan sosial secara nasional akan tercipta.
Tentu wacana pemindahan Ibukota ini bukan sekedar isu ecek-ecek yang tanpa perhitungan, tanpa riset penelitian ataupun tanpa pertimbangan matang dan strategis untuk membangun kepentingan nasional yang lebih beradab dan berkeadilan untuk jangka panjang.
Sekian. Semoga bermanfaat.
Oleh Pitopangsan