Saturday, 8 June 2019

ISLAM ITU SALAH...



"Setiap kali dia bikin gol, saya langsung menjadi muslim.."

Begitu teriakan seorang suporter Liverpool, klub sepakbola profesional dari Inggris ketika berbicara tentang Mo Salah. Ini hanya ungkapan metafora saja dengan perasaan euphoria, bukan secara nyata suporter Inggris yang terkenal beragama bola itu langsung jadi mualaf.

Mohamed Salah Ghaly atau Mo Salah memang menakjubkan. Striker kebanggaan Mesir dan sekarang merumput di Liverpool ini sudah menjadi ikon bagi para penggila bola disana.
Orang Liverpool sangat tahu Mo Salah beragama Islam, dan itu ternyata mempengaruhi mereka. Hasil riset dari Stanford University menunjukkan, sejak Mo Salah gabung di Liverpool tahun 2017, kriminalitas terhadap muslim disana turun sampai hampir 19 persen.

Bahkan menurut Stanford, kebencian terhadap Islam (Islamophobia) dari fans Liverpool di Twitter, turun drastis menjadi 50 persen. 

Stanford University menemukan bahwa faktor kebanggaan warga Liverpool terhadap pemain berusia 26 tahun dengan skor 71 gol dari 104 pertandingan itu menjadi penyebab utama turun drastisnya kebencian terhadap Islam disana.

Kebencian terhadap agama Islam sebelumnya tinggi sekali di Liverpool. Itu karena dipengaruhi oleh kejahatan ISIS dan para radikal yang malas dan berisik meski minoritas dan sibuk mengkafir-kafirkan penduduk sana. Tetapi sejak ada Mo Salah yang bahkan membawa Liverpool juara, kebencian itu turun drastis. 

Mo Salah membawa kecintaan kepada mereka. Hilang sudah stereotip bahwa Islam sebagai agama teroris dengan gol-gol indahnya Mo Salah dan kemampuannya merendahkan hati di depan para pengagumnya.

Mo Salah dengan sadar menjadi pendakwah Internasional dengan keahliannya menggiring bola. Ia tidak perlu memakai gamis dengan jenggot panjang dan jidat menghitam beserta seruan ayat-ayat untuk mengenalkan agamanya kepada dunia. Ia cukup bermain cantik dan produktif sehingga siapapun akan bangga terhadapnya terlepas dari apapun agamanya..

Apa yang dilakukan Mo Salah seharusnya menampar keras mereka yang menamakan diri mereka "ustad" atau "ulama" yang sibuk menjual ayat demi kepentingan sesaat. Apalagi mereka yang menjual jargon "cucu Nabi" supaya bisa membeli Rubicon dan bisa dapat empat istri supaya orang mau mengakui.

Apa yang bisa kita ambil dari pelajaran diatas ?
Bahwa berdakwah bisa dengan cara apa saja, bahkan tidak perlu banyak kata apalagi pake teriak-teriak dengan toa. Cukup dengan menunjukkan siapa diri kita maka mereka akan menghargai dari apa yang kita lakukan.

Agama Islam sempat dipandang tinggi pada masa Ibnu Sina, Al Khawarizmi yang mengenalkan konsep Aljabar dan Algoritma, Ibnu Khaldun dan banyak lagi ketika para ilmuwan itu memperkenalkan agama mereka dengan keilmuan, bukan dengan teriakan caci maki, mata memerah dan hidung mendengus layaknya sapi yang sudah lama dikebiri. 

Sekarang masa kejayaan itu sudah hilang diganti dengan banyaknya bom bunuh diri. Agama Islam masa kini pemeluknya semakin besar, tetapi - sialnya - banyak yang otaknya semakin mengecil, karena jarang dipakai untuk mengkaji.

Kalau Mesir punya Mo Salah, Indonesia punya Mo Kabur.. Sama2 berprestasi di dunia Internasional. Cuman satu di Liverpool, satunya di Saudi. Satunya pemain bola, satunya lagi pelari..
Pengen seruput kopi..

Dikutip dari halaman FB @DennySiregar

No comments:

Post a Comment