Karena kita sedang
berpura-pura menjadi mereka, tanpa sedikitpun menjadi mereka. Kita
berbuka dengan kemewahan, sedang mereka tetap seperti apa adanya. Kita
punya hari kemenangan, sedangkan mereka setiap hari merasakan kalah...
Kita hanya menjalankan perintah, sedangkan mereka menjalani hidupnya.
Kita hanya menunda lapar kita, sedangkan lapar ada dalam setiap tarikan
nafas mereka...
Bahkan kita lebih senang menjalankan ritual tanpa
perduli maknanya. Kita lebih senang menyimpan uang untuk belanja makanan
berbuka puasa, tanpa memikirkan berbagi rejeki pada mereka yang sedang
tidak berpunya.
Saat lebaran kita memamerkan apa yang kita punya
pada keluarga, tanpa sedikitpun berfikir bahwa ada kepala keluarga yang
bingung ketika anaknya bertanya, "besok kita makan apa, pak ?"
Dan setiap tahun, saya selalu merasa kalah. Kalah oleh kemunafikan saya.
Tidak ada sedikitpun yang saya bisa banggakan sebagai kemenangan..."
Perkataan temanku yang beruntun itu seperti mengingatkanku kembali akan
makna berpuasa, yang hanya terdengar dalam mimbar2 ceramah dan hilang
ketika kaki melangkah pulang.
Manusia selalu menghibur dirinya
bahwa ia sudah melakukan ibadah, padahal ia sejatinya hanya menjalankan
kewajiban belaka. Tanpa ada perintah, bisa jadi manusia akan selalu lupa
fungsi dirinya di dunia..
Ah, sudah hampir buka. Kusiapkan secangkir kopiku sebagai teman pengingat ketika diri ini merasa berada di puncak kejayaan...
Oleh : Denny Siregar
Dikutip dari halaman Facebook @DennySiregar
No comments:
Post a Comment