Foto www.republika.com
Ada 3 tipikal mahasiswa yang selama ini menurut pengamatan pribadi saya, yakni :
1. Tipikal mahasiswa yang banyak belajar tapi sedikit bermain.
2. Tipikal mahasiswa yang sedikit belajar tapi banyak bermain.
3. Tipikal mahasiswa yang suka latah berdemo dan berorasi.
Dari ketiga tipikal mahasiswa diatas hanya satu tipikal saja yang menarik hati dan pikiran saya untuk memblowup nya di blog ini. Mahasiswa mana yang tidak suka berorasi, berdemo atau apalah istilahnya yang membuat aktifitas penentangan mahasiswa terhadap kebijakan, keputusan pemimpin baik itu didalam eksekutif maupun legislatif.
Berdemo bagi mahasiswa sudah menjadi makanan pokok dan minumannya adalah berorasi. Demo dan orasi dua aktifitas yang sangat diminati oleh sebagian kalangan mahasiswa. Bahkan saking keranjingannya mereka berdemo mampu melupakan kewajibannya belajar dan menuntut ilmu. Yang lebih miris dan ironis sekali adanya sebagian kecil mahasiswa yang hanya ikutan latah berdemo dan berorasi dengan dalih biar terkenal, kompak dan keliatan garang. Padahal tujuan substansi dari aktifitas demo dan orasi itu sedikitpun tak diresapi oleh mereka.
Peranan mahasiswa sebagai pengontrol sosial diluar sistem atas kebijakan yang diambil oleh pemimpin baik itu eksekutif maupun legislatif tetap harus disuarakan namun jangan sampai melupakan etika sosial, realita politik, dan logis menerima kekalahan aspirasi politik.
Etika sosial,
Terkadang mahasiswa saking semangatnya mereka mengabaikan etika sosial dimasyarakat. Berorasi dengan tidak mencela atau mencaci maki seseorang merupakan etika sosial yang harus dibangun oleh kalangan mahasiswa. Hinaan dan cacian hanya memperuncing emosional dan kebencian semata. Yang pada ujungnya mahasiswa tak mampu lagi berpikir logis, bahkan terbawa perasaan. Substansi berdemo pun luntur !
Realita politik,
Politik itu identik dengan permainan catur, bisa menang, kalah bahkan remis. Tapi herannya mahasiswa kalau turun kejalan untuk berdemo maunya cuma menang saja sementara opsional kalah dan remis tak mereka ambil. Mahasiswa berdemo selalu hidup dalam keegoisannya untuk selalu pede dan merasa telah benar melakukan aktifitas demonya tersebut, padahal dalam politik semua berkaca dalam kerangka FLEKSIBELITAS. Hari ini teman besok bisa jadi sebagai lawan, begitupun sebaliknya. Realita politik ini yang sering diabaikan oleh mereka.
Logis menerima kekalahan aspirasi politik,
Mahasiswa yang latah berdemo tak ubahnya dengan sosok HOLIGAN, yang loyal dan mati-matian membela tim kesayangannya tak perduli kalah ataupun menang yang penting dukung. Alhasil nilai-nilai sportifitas sedikit pun tak mampu untuk diterapkan dan hanya sebatas retorika semata.
Sekian, semoga bermanfaat. Salam MAHASISWA !!!
No comments:
Post a Comment