Di Jakarta ini, ada masjid-masjid yang saya suka, baik untuk iktikaf maupun sekadar shalat tarawih di bulan Ramadhan. Biasanya saya suka beberapa masjid tersebut karena suasananya yang nyaman, bersih, luas, atau imamnya yang hafidz Qur’an sehingga senang sekali mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terlantun dari beliau.
Ini dia masjid-masjid tersebut:
Masjid Agung Istiqlal
Masjid terbesar di Indonesia. Icon kebanggaan umat muslim Indonesia. Letaknya tepat di jantung pusat kota, di sekitar Monas dan Istana Negara. Luas. Nyaman karena berkarpet empuk. Tempat parkir luas dan terkesan aman. Tempat wudhu banyak dan bersih. Menariknya, Istiqlal adalah milik semua kalangan, semua lapisan masyarakat ada di sini: mulai dari pedagang kakilima sampai beliau yang membawa sedan mewah. Tempat favorit saya untuk iktikaf dari sore sampai pagi.
Masjid Al-Hikmah
Saya suka ini karena tarawih sore-nya 1 juz Al-Qur’an, sehingga pas di akhir Ramadhan, khatam Al-Qur’an. Letaknya dekat dengan kos-kosan, hanya sepuluh menit perjalanan. Alamatnya di Jl. Bangka XIII. Ada yang bilang ini masjid PKS, tapi entahlah, saya tidak terlalu memperhatikan masalah pemilihan “mahzab” lokal. Sementara masjid-masjid lingkungan kos-kosan saya melaksanakan tarawih 23 rakaat, Al-Hikmah lebih pendek, 11 rakaat. Saya menyukai jumlah rakaat yang lebih pendek, karena terasa lebih khidmat dan lebih syahdu. Meskipun saya masih belum bisa ikutan nangis seperti yang lain kalau lagi lewat ayat-ayat yang menyayat hati.
Masjid Agung Sunda Kelapa
Masjid ini tidak terlalu besar, tetapi memiliki arsitektur yang indah. Terletak mengintip di dekat Taman Suropati, Jakarta Selatan. Karena dekat dengan kompleks rumah pejabat dan rumah-rumah mewah di daerah Menteng dan sekitarnya, kita akan mendengarkan nama-nama populer penyedia takjil untuk berbuka ketika diumumkan. Misalnya seperti kemarin waktu saya di sana: “Bapak Taufiq Kiemas dengan sekian takjil….”
Masjid Bank Indonesia
Terletak di pojok belakang kompleks kantor pusat Bank Indonesia, masjid ini sangat nyaman. AC-nya dingin, tempat wudhu-nya bersih, karpetnya super empuk, sehingga ketika sujud bisa membenamkan jidat sedalam-dalamnya, he he he… Sayangnya, karena masjid ini bukan untuk umum (karena ada di kompleks perkantoran), iktikaf hanya diadakan pada sepuluh malam terakhir saja, sedangkan di sebelum itu, tarawih diadakan setelah isya’ dan masjid ditutup pada pukul sembilan malam.
Masjid Agung Al-Azhar
Terletak di kompleks Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta Selatan, masjid ini merupakan daftar tetap untuk safari Ramadhan saya di Jakarta. Namun demikian, secara kenyamanan, Masjid Al-Azhar termasuk gerah ketika masjid dalam kondisi penuh. Mungkin karena arsitektur atapnya yang rendah sehingga pasokan oksigen yang masuk ke dalam ruangan sedikit. Hal yang menarik adalah karena di belakang masjid ini adalah pusat jajanan Roti Bakar Eddy, yang terkenal sebagai tempat nongkrong, kongkow-kongkow para anak muda metropolitan. Konon, banyak selebritis yang suka makan di pusat pedagang kaki lima di pinggir jalan Kebayoran Baru ini.
Masjid At-Tiin
Masjid yang juga menyenangkan karena lingkungannya asri, maklum terletak di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Saya membayangkan bagaimana kondisi masjid ini waktu almarhumah Ibu Tien Soeharto masih hidup: pasti luar biasa. Karena sekarang pun, dimana TMII sudah bukan menjadi primadona lagi, masjid ini masih terasa megah dan anggun. Masjid ini nampaknya juga favorit para sineas pembuat iklan, karena sering sekali saya lihat iklan di TV menggunakan latar Masjid At-Tiin.
No comments:
Post a Comment