Nur Cholis Majid (caknur) sang maestro legendaris pemikir ulung dan sangat kritis, cendikiawan muslim perubah minda anti mainstream pernah mengutarakan "olah pikir" nya dalam sebuah buku yang berbunyi :
"Tanam Jagung hanya butuh 3 bulan waktu untuk panen, butuh waktu 3 sampai 5 tahun untuk panen tanaman kelapa. Namun, untuk menikmati hasil panen dari mendidik seorang anak itu butuh waktu sangat lama berkisar 25 tahun bahkan lebih 30 tahun lamanya." ✍🙏🤲
Sangat lama memang "menanam sumber daya manusia" agar menjadi "buah peradaban" yang untuk dinikmati hasil panennya buat kita selaku "Petani peradaban".
Mendidik anak tak sama halnya dengan membesarkan anak. Mendidik anak tak perlu "membangun" konstruksi fisiknya hingga sehat dan kuat. Membesarkan anak hanya butuh dan cukup memberinya makan, minum (pangan), sandang dan papan. Membesarkan anak tak butuh seni khusus, trik khusus dan metod pendidikan khusus. Bila ukuran fisik anak menjadi tumbuh kembang, kuat dan sehat, orangtua selaku "petani peradaban" sudah dianggap berhasil membesarkan anak. Lain halnya dengan konsep mendidik anak, dibutuhkan beberapa point penting sebagai acuan yaitu :
1. Menciptakan, membangun dan memupuk karakter, watak dan mental anak (Emosional Question/EQ). Ini hanya butuh tenaga pendidik yang spesialisasi memiliki "Skill Rasa". Tenaga pendidik tidak dituntut untuk pintar apalagi jenius mindanya. Karna membangun karakter, watak, mental anak hanya butuh kepintaran "merasa" (Skill Rasa).
2. Mendidik pola pikir anak, tumbuh kembang "alam minda" nya, termasuk didalamnya mampu berpikir bijak, berpikir kritis positif, solutif berpikir dan cakrawala berpikir yang luas. Tenaga pendidik yang dibutuhkan wajib punya skill kecerdasan IQ (Intelijensia Question) diatas rata-rata bukan dibawah rata-rata. Jangan harap tenaga pendidik yang bodoh akan miliki anak yang berpikiran bijak, solutif dalam berpikir, kritis membangun dalam berlisan, apalagi punya cakrawala pemikiran yang luas. Jangan pernah bermimpi ! Karna "buah peradaban" tak akan pernah jatuh jauh dari batang "pohon peradaban" nya.
3. Membangun dan mendidik ESQ (Emosional Spritual Question) anak. Bagaimana anak punya skill berlapang dada, bersabar, ikhlas, taat beribadah, mau sholat, mau berpuasa, mau berzakat, kepatuhan menjalankan syariat agama, punya iman, punya taqwa, Qonaah, mengetahui halal haram, takut akan dosa, menghindari maksiat, condong kepada kebenaran, berorientasi pada ketetapan tuhan, toleransi dalam beragama dan skill spritual religius yang lainnya. Tentulah membutuhkan tenaga pendidik yang mempunyai dua kriteria yaitu : Pintar secara IQ dan "merasa" secara emosional (EQ).
Semoga bermanfaat dan mencerahkan buat kita semua 🤲🤲✍ Wallahua'lam 🙏
Oleh Pitopangsan 🙏🙏🙏