Wednesday, 30 April 2014

Upaya politis “Mencuci Otak” (BrainWash) via soal UN !



Gambar diatas adalah salahsatu soal Ujian Nasional (UN) tahun 2014 untuk matapelajaran Bahasa Indonesia. Umumnya soal-soal UN apalagi matapelajaran Bahasa Indonesia selalu mengutip keteladanan tokoh nasional atau pahlawan nasional. Namun, dalam soal UN tahun 2014 ini, sungguh berbeda sekali. Terbukti perbedaan itu amat sangat mencolok, soal-soal Ujian Nasional matapelajaran Bahasa Indonesia itu sama sekali tidak mengutip nama-nama pahlawan nasional/tokoh nasional. Akan tetapi, nama salahsatu kader tokoh partai politik dinegara NKRI yang kita cintai ini. Secara konteks soal-soal UN tersebut tidak mencederai nilai-nilai yang terkandung dalam matapelajaran Bahasa Indonesia. Namun, secara Substansi ilmu pendidikan tidak etis dan tidak relevan dengan mencampuradukkan suasana kebatinan peserta UN untuk belajar dengan mengkondisikan suasana panas percaturan politik yang terjadi sekarang ini. Terlebih lagi politik pencitraan untuk mempromosikan salahsatu kader partai politik yang akan bertarung nantinya pada PilPres 2014.
Dunia pendidikan yang seyogyanya dituntut untuk bersikap netral dan bersih dari racun propaganda politik sudah tersusupi oleh oknum tertentu yang berusaha mengambil keuntungan politik dalam kesempatan Ujian Nasional. Bahkan Menteri Pendidikan, M. Nuh sempat kecolongan dengan adanya soal UN tersebut. Dan pada waktu yang bersamaan M. Nuh serius ingin mengusut tuntas siapa dalang pelakunya. Sungguh reaksi yang cepat dari seorang Menteri Pendidikan.
Oknum yang telah berani membubuhkan soal UN tersebut, sudah digolongkan melalaikan amanah UUD 1945 dalam hal pendidikan. Negara dan Pelaku pendidikan harus mampu menciptakan manusia-manusia cerdas dan unggul, serta mampu memberikan kontribusi pendidikan yang baik dan benar kepada objek yang akan didik. Alih-alih ingin mencerdaskan anak bangsa dengan tetap fokus mengedepankan terapan-terapan ilmu yang benar, kenyataannya sekarang tidak direalisasikan secara utuh. Dunia pendidikan telah tercemar oleh racun-racun propaganda dan pencitraan salahsatu tokoh kader partai politik. Anak bangsa yang semula niatnya untuk fokus belajar ditengah perjalanan menghadapi Ujian Nasional mereka diinfiltrasi pemikirannya hanya untuk mengetahui politik pencitraan belaka. Dunia pendidikan buat anak Sekolah Menengah Umum (SMU) Ujian Nasional adalah pintu akses untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih baik lagi. Baik itu secara metode pembelajaran, materi pembelajaran, bahkan maindset (pola pikir) yang lebih terbuka dan bebas dalam mengemas terapan-terapan ilmu. Bagaimana mungkin pintu akses pendidikan itu tercederai oleh kepentingan politik pencitraan partai politik tertentu. Motif “aji mumpung” oleh oknum itu tidaklah bisa diaminkan apalagi oknum tersebut masih berkeliaran bebas dengan merasa tanpa ada beban apapun. Apresiasi buat Menteri Pendidikan apabila kelak oknum pelakunya terungkap dan bisa diberikan sanksi tegas.
Sama-sama diketahui bahwa para peserta Ujian Nasional kemaren adalah para remaja belia yang dikategorikan sebagai pemilih pemula dalam ajang PilPres 2014 mendatang. Pemilih pemula yang ikut Ujian Nasional tersebar di 18 Provinsi, sudah dapat dipastikan dengan membaca soal UN yang terkotori oleh politik pencitraan akan ikut terseret-seret dalam kepentingan politik praktis. Ada indikasi “pencucian otak” terhadap pemilih pemula tersebut.
Ironisnya lagi, salahsatu tokoh kader partai politik yang tercantum namanya di soal Ujian Nasional itu, membantah tidak mengetahui apa-apa perihal kejadian politik pencitraan, bahkan tokoh tersebut terlihat “sewot” menanggapi kasus ini. Lumrah memang dalam setiap pembelaan diri seseorang apatah lagi seorang tokoh kader partai politik.
Sungguh dilema nasib pemilih pemula yang tujuan utama mereka untuk belajar, tapi terkontaminasi oleh kepentingan politik. Akibat Oknum yang tidak amanah itu, kredibilitas soal-soal UN perlu untuk diperkuat lagi pada masa yang akan datang. Semoga dunia pendidikan seputih kapas akuntabilitasnya kelak, dan sebiru langit (sora) kapabilitasnya. Salam dunia pendidikan !

No comments:

Post a Comment