Monday, 29 April 2019

"Polemik Potang Balimau Yang Tak Perlu Diperdebatkan Lagi Tiap Tahun"

Hasil gambar untuk Potang balimau bangkinang





1. Innamal a'malu binniat !
Tergantung niatannya apa melaksanakan balimau kasai (Potang Balimau). Ritual ibadah kah ? Atau bergembira menyambut bulan ramadhan (Efek Positif Psikologis) ? (Bukankah bergembira menyambut bulan Ramadhan telah didalilkan dalam Hadist?) Bersuka cita (Riang Gembira) menyambut kedatangan bulan Ramadhan itu lebih tepat niatannya, apabila hendak melakukan Potang Balimau. Pasang niatannya yang mendekati kebenaran agar tidak gegabah memvonis sesuatu yang berhulu dengan niat. Niat diperjelas dulu baru pekerjaan bisa dilakukan.

2. Balimau kasai (Potang Balimau) memang benar adanya bukan Syariat Islam, dan bukan juga tradisi hindustani.
Tapi yang lebih bijak kita katakan bahwa balimau kasai atau mandi bersama disungai itu tradisi orang tempo dulu dan tradisi orang berumah ditepiam sungai, kenapa begitu ? Karna orang tempo dulu belum punya Fasilitas mandi Indoor (Ruangan Tertutup) dirumah mereka masing-masing (disinilah Mindset kita dituntut untuk jeli dan bijak menilik suatu keadaan yang belum sama sekali ada dimasa lampau). Jangan terlalu kita paksakan "SIKONTOL" (Situasi, Kondisi, Toleransi) kekinian dengan tempo dulu yang belum ada sama sekali. Kembalilah kepada niatan masing-masing " Balimau Kasai (Potang Balimau) dilakukan niatannya untuk Ritual Ibadah menyucikan dirikah atau lebih dalam lagi niatannya bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan (Substansi Psikologis)." Sekali lagi niat dituntut lebih awal. Karna itu pondasi suatu pekerjaan.

3. Segelintir juga ada yang berasumsi " Balimau Kasai mengundang maksiat."
Tunggu dulu dan bijaksana perlu diutamakan, jikalau memang ada bukti mari tugas masyarakat bangkinang untuk menertibkan itu semua dan dibenahi agar tak ada klaim sepihak merasa paling bersih dan suci menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Jangan sampai black hole (asumsi maksiat) yang setitik ini merusak niatan masyarakat Bangkinang yang ingin bergembira menyambut bulan Ramadhan tercemar kotor.

4. Historis nya Balimau Kasai (Potang Balimau) itu, kebudayaan masyarakat ditepian sungai (DAS). Kepikiran gak yang anti ama Potang Balimau Kasai bahwa Rasulullah Muhammad berdomisili di gurun pasir (Daratan) bukan tepian sungai (DAS). Sikapi dan "pandanglah"  Potang Balimau Kasai dari sudut serapan Antropologi dan budaya masyarakat lokal tempoe doeloe :)

Selamat menyambut riang gembira datangnya Ramadhan.
Mohon maaf zahir dan bathin.

Oleh Pitopangsan (NF)




Potang Balimau, Destinasi Wisata Hati Sambut Ramadhan

Hasil gambar untuk balimau kasai bangkinang Dahulu kala, labuh raya masyarakat bukan jalan beraspal tapi, sungai. Jalur lalu lintas teramai adalah sungai. Dimana ada aliran sungai disitu ada kehidupan masyarakat dan peradaban manusia. Air sungai merupakan sumber kehidupan masyarakat, mata pencaharian masyarakat, aktifitas sosial masyarakat, bahkan mampu menjadi benteng pertahanan militer. Banyak sekali fungsi dan manfaat sungai bagi keberlangsungan hidup masyarakat dulunya. 

Fitrah manusia zaman now mampu memanfaatkan fungsi sungai yang telah diberikan oleh Allah untuk hambanya. Air sungai bersifat bersih lagi mensucikan, oleh karnanya banyak masyarakat yang mandi disungai untuk membersihkan badan dari segala kotoran badan. Mandi merupakan salahsatu fitrah manusia dalam hal menjaga kebersihan badan. Orang yg mandi berarti kebersihannya terjaga, dan menjaga kebersihan merupakan sebahagian dari iman. 

Menyambut bulan ramadhan kedepan, tradisi balimau kasai merupakan upaya masyarakat untuk merasakan kegembiraan akan datangnya bulan suci ramadhan. Beragam ekspresi kegembiraan masyarakat muslim menyambut kedatangan ramadhan, ada yang bersilaturrahim saling mengunjungi sanak family dan orangtua. Ada melakukan ziarah kubur yang merupakan sunnah rasulullah dan dianjurkan oleh rasulullah ziarah kubur. Ada yang berzikir, mengaji dan melakukan acara tausiah. Ada juga yang hanya sekedar bertafaqur dan merenung kejadian ramadhan yang lampau. Semuanya itu adalah aktifitas bathin manusia dalam rangka menghormati datangnya bulan suci ramadhan, tidak ada yang menyimpang semuanya adalah fitrah manusia yang lumrah. 

Selamat menyambut bulan suci ramadhan dengan hati gembira dan bersih. (Balimau kasai dan silaturrahim merupakan destinasi wisata hati yang menyenangkan psikologis).

Oleh Pitopangsan (NF)




Saturday, 27 April 2019

"Fenomena Pencurian Kerbau Berpotensi Memupuskan Populasi Kerbau Di Kabupaten Kampar".


Residivis Kampung Diarak dengan Kerbau Curian


Maraknya pencurian Kerbau (alias: Cilok Kobow) yang terjadi di Kabupaten Kampar, membuktikan bahwa profesi ini sangat menguntungkan bagi pelaku kejahatan. Sekalipun profesi hitam tersebut tergolong sangat sukar dan berat untuk dipraktekkan dilapangan oleh para pelaku kejahatan, namun mereka sangat professional dan terlihat amat sangat terlatih (terampil) dilapangan pasca melakukan aksi. Selain lihai memetakan lokasi target pencurian dengan metoda intai dan survei agar mudah menentukan bagaimana situasi dan kondisi lapangan, mereka pelaku juga punya kebiasaan rutinitas keluar ditengah malam atau menjelang subuh hari, untuk melaksanakan aksi kriminalnya. Selain aktifitas diatas, mereka pelaku juga familiar lakukan aksinya dikala musim penghujan atau dikala hujan turun sangat deras. Bisingnya tetesan air hujan menambah kemudahan bagi pelaku untuk leluasa dalam lakukan aksi. Mereka bukan sekedar pencuri amatiran yang minim kecerdasan, minim keterampilan dan minim kelihaian. Profesi yang mereka tekuni bukan profesi ecek-ecek (alias kaleng-kaleng) untuk memenuhi kebutuhan nafkah hidup diri dan keluarga. 

Lebih jauh lagi, profesi ini punya efek domino yang sangat mengancam dan menghancurkan siklus ekosistem populasi kerbau itu sendiri. Mengapa tidak ? Terancam dan musnahnya pertumbuhan populasi kerbau kedepan buat generasi muda yang akan datang diKabupaten Kampar tentu menghilangkan jati diri entitas lokal masyarakat kabupaten kampar yang suka beternak kerbau (alias : Bolo Kobow). Secara psikologis efek pencurian kerbau bagi masyarakat sudah kadung trauma ketakutan bahkan sudah alami kerugian tenaga dan materi selama memelihara ternak kerbau mereka. Bersusah payah membesarkan kerbau dan memeliharanya, tetiba petir disiang bolong ternak yang dipelihara mati atau hilang dicuri. Psikologis peternak pasti akan terganggu bahkan bisa jadi DOWN yang pada akhirnya berujung pada sikap ogah untuk beternak Kerbau kembali. Jangan sampai kondisi ini terjadi

Sekian...
Semoga Bermanfaat !
Mari Galakkan Terus Beternak Kerbau, demi anak cucu kita kedepan. 

Oleh Pitopangsan (NF)

Friday, 26 April 2019

Menyingkap Tabir Semiotik Lagu “Imagine” dan “Losing My Religion”

Hasil gambar untuk imagine

Apa yang ada di benak kita saat mendendangkan dua lagu yang sempat menjadi hits dari John Lennon “Imagine” dan lagu dari REM yang berjudul “Losing My Religion”? Beberapa pasti bakal menganggap bahwa kedua lagu tersebut sebagai “berbahaya” namun mungkin pula ada sebagian menganggap kedua lagu tersebut sebagai “baik-baik saja”. Mereka yang mengatakan bahwa lagu “Imagine” berbahaya oleh sebab mereka merujuk pada beberapa kalimat di dalam lagu tersebut yang menyiratkan gerakan anti-agama dan serupa dengan lagu “Imagine”, lagu “Losing My Religion” juga bernada serupa. Lalu darimana sebagian yang lain mengatakan bahwa kedua lagu tersebut disebut sebagai “baik-baik saja”? Alasan mereka untuk menyebut kedua lagu tersebut sebagai “bukan berbahaya” akan tetapi “baik-baik saja” dilandasi oleh pemaknaan terhadap kedua lagu tersebut lewat prosedur pemaknaan semiotika dan bukan literal. Secara umum, sebenarnya apapun hasil pem-baca-an seorang pembaca baik literal maupun semiotik, jika ditelaah lebih lanjut selalu merupakan suatu hasil dari penandaan. Ini merupakan hal yang tidak bisa disangkal sebab bahasa sendiri adalah media yang bersifat simbol. Jadi kedua pendapat sebenarnya bermain dengan bahasa; kedua pendapat sebenarnya bermain semiotika.

Buchbinder sendiri mengatakan bahwa pem-baca-an secara niscaya adalah suatu proses memperlakukan suatu teks dengan cara-cara tertentu sehingga makna diperoleh. Makna yang diperoleh inilah dapat disebut sebagai pesan yang ada di dalam teks.

First, there are the sets of relation and distinctive features common to all utterances in the language; these are opposed in turn to an aspect that may be called poetic. As Roman Jacobson said that the poetic function is emphasize merely on for the message for its own sake (1991: 41).

kemudian ia melanjutkan bahwa:

The reading of poetic texts then must first be seen in a correct relation to the reading of more ordinary texts. Features such as rhyme, rhythm, repetitions of words, phrases or images draw the reader’s attention away from any reference to the context of reality (1991: 42.)

namun  apakah pem-baca-an semiotika meluputkan secara total sebuah karya sastra terhadap dunia sesungguhnya? Jawabannya adalah tidaklah demikian. Dunia sesungguhnya tetaplah cermin utama di dalam pemaknaan sebuah karya sastra. Problem utama dari usaha naif untuk bersikap puritan di dalam mem-baca dus memaknai sebuah karya adalah dengan memperlakukan karya lepas dari induknya, yaitu: dunia, bahasa, pengarang. Semua karya sastra memakai medium bahasa dan ketika ia terlahir ke dunia ia tentulah dibuat: 1) karena ada dunia sebagai cerminnya, dan 2) mengikuti kaidah konstruksi bahasa sebagai landasan eksistensi kebermaknaannya. Hal demikian telah pula disinggung oleh Chandler sebagai berikut: “A text is an assemblage of signs (such as words, images, sounds and/or gestures) constructed (and interpreted) with reference to the conventions associated with a genre and in a particular medium of communication(2007: 5)” dan justru aspek linguistik bahasa-lah yang kemudian menjadi tumpuan atau jangkar (anchorage) bagi pemaknaan sebuah karya sebagaimana dikatakan oleh Barthes bahwa “Linguistic elements can serve to ‘anchor’ (or constrain) the preferred readings of an image: ‘to fix the floating chain of signifieds‘” (dalam Chandler, 2007: 204).

Mengapa tadi dikatakan bahwa dunia, bahasa, pengarang ambil peranan di dalam pem-baca-an suatu karya? Apakah dengan memasukkan pengarang ke dalam sesuatu yang mencelupi pem-baca-an berarti makna yang dihasilkan berarti menjadi sesuatu yang rigid? Atau dengan kata lain, jikalau pengarang mengatakan bahwa karyanya memiliki arti A dengan demikian berarti kita mengatakan bahwa tiada penafsiran lain terhadap karya tersebut yang sah selain A? Tidaklah demikian. Sebab sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pem-baca-an merupakan suatu keadaan aktif memberikan makna terhadap ruang-ruang kosong yang ada di dalam teks. Ia adalah keadaan aktif mengkonstruk imaji dari apa yang tertulis di dalam teks sebagaimana dikatakan oleh Iser (dalam Selden dkk., 1997: 50). Kondisi ini juga dinyatakan oleh Gadamer (dalam Selden dkk., 1997: 54) sebagai pengisian ruang kosong di dalam teks sebagai bentuk interaksi pembaca dengan maksud pengarang yang berwujud teks.

Apa yang dikatakan oleh Gadamer tidaklah sesederhana itu. Ia menambahkan bahwa interaksi ini berlangsung dalam kondisi kekinian pembaca; bahwa apa yang dilakukan pembaca di dalam membaca (atau mengisi ruang kosong) berlangsung dalam taraf pengetahuan pembaca. Tidaklah mungkin pembaca membuat tafsiran di luar pemahaman bahasa dan pengetahuan yang dimilikinya pada saat proses pemaknaan berlangsung (dalam Abulad, 2007: 17-19 dan Palmer, 2005: 290-292). 

Sehingga proses pembacaan adalah bisa dikatakan sebagai “pembacaan bersama teks-teks lain” dan “pemaknaan terkotori [atau terbantu?] oleh teks-teks yang dibaca sebelumnya” atau Kristeva menggunakan istilah intertekstualitas teks (dalam Chandler, 2007: 197 dan Junus, 1985: 87-88). Perlu digarisbawahi bahwa “pengetahuan tentang pengarang” oleh pembaca tidak bisa dilepaskan dari penafsiran semiotika meskipun pembacaan semiotika bukanlah pembacaan dalam rangka mencari makna yang dimaksudkan oleh pengarang. Sebab sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pemaknaan adalah bersifat kekinian pembaca (Gadamer Selden dkk., 1997: 54) dan pemaknaan telah ditakdirkan bukanlah pekerjaan untuk menyamakan makna yang kita peroleh dengan makna yang dimaksudkan pengarang (Barthes, 1977). Sebab merujuk kepada apa yang dikatakan oleh Kristeva dan juga Gadamer, pem-baca-an berlangsung bersama teks-teks lain dan pada akhirnya akan menghasilkan produk kondensasi berupa “kompromi” simbol dan makna; atau berupa fusi horizon pembaca dengan pembuat teks.

Ok, dapatlah dimahfumi hal demikian. Namun bersandar kepada apa yang telah kita bicarakan di paragraf awal tulisan ini, keadaannya tidaklah segampang itu. Bagaimana jika pembaca BAHKAN ketika sudah mendapatkan kondensasi simbol dan makna sebenarnya masih dihantui oleh sesuatu yang telah pernah ia sengaja tidak ambil? Bagaimana jika semesta simbol dan makna yang telah ia pilih ternyata masih dibayang-bayangi oleh alusi yang lain? Pemikiran demikian dimuntahkan oleh Derrida (dalam Belsey, 2001: 116) untuk menunjukkan bahwa pemaknaan adalah sebuah permainan yang tak pernah usai dimainkan. Sebenarnya Gadamer sudah menyinggung tentang hal itu. Kedinamisan bahasa dan semesta makna membuat pemaknaan yang tetap musykil terjadi. Pem-baca-an dan tafsir selalu bersifat kekinian sedangkan simbol-makna lain sebenarnya tidak pernah terhapus namun hanya tercoret saja karena “itu” masih tetap di sana; bersama dengan pemaknaan yang telah kita buat dan “itu” bisa saja secara radikal menyeruak menggugat dan lalu menggantikan makna yang sebelumnya telah jadi.

Kembali kepada dua lagu yang kita bahas di dalam tulisan ini, Imagine dan Losing My Religion memberikan “tantangan” bagi pem-baca-an serius. Jika kita baca lirik Imagine maka beberapa baris akan memberi permainan penentuan makna [sementara]. Ketika seorang pembaca berhadapan dengan dua baris pertama lagu ini,

Imagine there’s no heaven, it’s easy if you try
No hell below us, above it’s only sky

ia bisa saja mengatakan bahwa lagu ini tidaklah menggugat agama, lagu ini adalah lagu yang mengkritik bagaimana orang-orang yang beragama menyalahgunakan agama untuk mengklaim langit mendukung mereka padahal sebenarnya nafsu keserakahan ada di dalam hati mereka. Mungkin jika menyinggung ini, seorang pembaca ada kemungkinan akan membayang pikiran pada satu baris dari Counting Crows dalam lagu Big Yellow Taxi: “They paved paradise to put up a parking lot“. Bayangan pembaca bahwa lagu ini bukan tentang memusuhi agama semakin diperkuat mungkin dengan kata pertama imagine dan baris penutup bait pertama dari lagu ini adalah “imagine all the people, living for today“. Pembaca dapat saja mengatakan bahwa kata kuncinya adalah living for today. Jadi dia mendapatkan dua hal dari baris ini: 1) bahwa lagu ini hanya sebuah perumpamaan, dan 2) lagu ini menggugat keadaan terkini, saat orang-orang menggunakan agama sebagai topeng atas keserakahan.

NAMUN pembaca tersebut bisa saja di dalam pem-baca-annya merasa terbayang-bayangi oleh apa yang telah dinyatakan oleh John Lennon, penulis lagu Imagine, bahwa:

“But the song ‘Imagine,’ which says, Imagine that there was no more religion, no more country, no more politics is virtually the communist manifesto, even though I am not particularly a communist and I do not belong to any movement. You see, ‘Imagine’ was exactly the same message, but sugar-coated. Now ‘Imagine’ is a big hit almost everywhere; anti-religious, anti-nationalistic, anti-conventional, anti-capitalistic song, but because it is sugar-coated it is accepted. Now I understand what you have to do” – John Lennon

Bilamana pem-baca-an berlangsung dalam keadaan demikian [mengetahui dunia, bahasa, dan pengarang [dus intensi penciptaan suatu karya]], seorang pembaca pastilah harus mencoret salah satu bagian dari semesta simbol dan makna yang tersedia bagi pem-baca-annya dan berkata bahwa “ini” adalah makna dari teks ini. Momen seorang pembaca MENENTUKAN bahwa lagu tersebut “hanya perumpamaan” dan “sindiran terhadap penyalahgunaan agama” serta “bukan anti agama” dus “ajaran atheis-komunis” selalu terbayang-bayangi oleh kemungkinan penjungkalan radikal oleh makna lain yang tadinya dicoret bahwa “ya, lagu ini sebenarnya adalah lagu provokasi anti-agama”.
Lalu apa kaitan lagu ini dengan lagu dari REM, Losing My Religion? Meskipun lagu dengan lirik seperti ini:

Life is bigger
It’s bigger than you
And you are not me

dan kemudian di bait lain:

Losing my religion
Trying to keep up with you
And I don’t know if I can do it
Oh no I’ve said too much

dikatakan BUKAN tentang seseorang yang “sudah tidak percaya lagi akan iman” atau “hilang kepercayaan terhadap Tuhan” oleh sebab dikatakan bahwa ungkapan “losing my religion” adalah sebuah ungkapan orang Amerika Serikat daerah Selatan yang artinya: “sudah tidak percaya lagi kepada seseorang” dan bahkan band REM juga menyatakan demikian, akan tetapi generasi simbol dan makna yang ditimbulkan lirik dan video klip lagu ini dapat menegasikan pernyataan band REM bahwa lagu ini bukan tentang “hilang kepercayaan terhadap Tuhan”.

Pembaca [atau dalam konteks ini, penikmat musik] lagu Losing My Religion tidaklah bisa untuk menghapus kemungkinan pem-baca-an lain bahwa lagu ini MUNGKIN memang tentang “hilang iman” sebab arti religion memang agama. Saat seorang penikmat lagu [atau pembaca lirik] berada di dalam momen menentukan bahwa lagu ini adalah tentang “cinta bertepuk sebelah tangan atau unrequited love” ia bakal selalu dibayang-bayangi oleh simbol atau makna lain yang ia coret (namun masih kelihatan; bukan dihapus) atau ia hilangkan (meskipun bayangan itu selalu potensial untuk kembali) bahwa “ya, lagu ini sebenarnya adalah tentang hilang iman”. Jadi sampai di manakah kita? Apakah kita lantas menjadi pembaca yang tidak mau menentukan makna ataukah memang kata-simbol-makna adalah hal yang rapuh sebagaimana ungkapan dari Derrida bahwa menentukan sesuatu adalah keterpaksaan oleh keadaan saat itu yang bisa jadi terasa “inadequate yet necessary” sebab kita terus bergerak meskipun dalam bayang-bayang terdekonstruksi oleh, justru, diri kita sendiri.

Saturday, 13 April 2019

"Taqiyyah Politik dan Netralitas SAS (Syeikh Abdul Somad) persis sama dengan imam syafi'i bertaqiyyah saat dipaksa untuk akui Al qur'an adalah Mahluk dengan memakai isyarat jari jemarinya." (edisi Kritisi).




Hasil gambar untuk syekh abdul somad
Barang jadi SAS lupa bahwa menjaga jarak dalam politik kekuasaan itu bukan hanya sekedar menolak jabatan strategis atau menjauhi istana. Menolaknya bukan berarti sudah cukup pasti untuk terhindar dari "debu-debu politik kekuasaan". Komitmen bathin dan lisan yang selama ini terinkrahkan oleh SAS dari berbagai sumber youtube agar terus menjaga NETRALITAS selama PILPRES 2019 ternyata hanya sebatas strategi "mentaqiyyahkan politik" semata. Pertanyaannya sekarang "Bolehkah bertaqiyyah dalam politik?".

Jawabannya boleh, karna "Taqiyyah Politik" ini dulu pernah juga dilakukan oleh Imam Syafi'i agar selamat dari ancaman kematian dan mudharat terhadap diri beliau.Ada beberapa kalangan kecil ulama menyangsikan cerita taqiyyah sang imam dan menganggap ini sebagai kabar fitnah dengan berdalih bahwa kabar taqiyyah ini muncul pasca 14 tahun meninggalnya imam syafi'i. Namun, kebanyakan ulama aswaja akui bahwa kabar sang imam bertaqiyyah karna ancaman kematian oleh pasukan khalifah adalah benar adanya. Al hasil sang imam lolos dan selamat dari ancaman kematian, karena telah mengecoh pasukan khalifah dengan trik ilmu kalam. Sang imam menginterpretasikan dan berisyarat ke lima jarinya (jari jemarinya) sebagai mahluk. Inilah kelihaian ilmu kalam yang dimiliki oleh sang imam dimasa khalifah yang tidak semazhab dengan beliau akan menjadi ancaman bagi penguasa.

Sang imam (Syafii) sedari awal tak pernah ikrarkan komitmen kepada publik secara bathin maupun lisan untuk menetralkan ancaman dari khalifah. karna, sang imam berkeyakinan didalam hati dan ilmunya menolak bahwa Al qur'an bukan mahluk. Lain halnya jika sang imam pernah berkomitmen ?

Terimakasih, semoga menjadi ibrah manfaat

Oleh Pitopangsan

Friday, 12 April 2019

Tips memilih Caleg untuk masyarakat RIAU

Hasil gambar untuk jokowi amin dan partai pendukung


Berikut Tips dalam memilih Caleg di Pileg 2019 : 
1. Pilih jangan berdasarkan pamor ketenaran sahaja, titik beratkan pertimbangan pada jasa dan pengalaman yang sudah diukir, jangan coba-coba pilih caleg yang baru tanpa pengalaman dilegislatif sebelumnya. itu point pertama.

2. Pilih caleg parpol yang sesuai pilihan Pilpres jangan sampai salah dan bersilangan, jika dihati sudah memilih 01 otomatis pilih juga parpol-parpol yang mendukung 01. Jangan sampai gado-gado pilihan, yang pada akhirnya tidak membawa hasil akurat pada parlementary treshold parpol pendukung pilpres 01. Efek domino Pilpres mempengaruhi P.T. Partai politik dilegislatif.

3. Selain berpengalaman, pertimbangkan juga sifat kritis seorang caleg. Jujur sahaja tanpa sifat kritis ibarat makan lontong tanpa cabai, kagak pedas kagak menyengat, kagak hot dalam melantangkan aspirasi suara konsituen nantinya diparlemen jikalau duduk dikursi dewan.

4. Jangan pilih berdasarkan ghirah semata atau emosional truth atau Post Truth yang pada ujungnya akan tidak permanen dalam menegakkan integritas kebenaran. Mau muslim atau non muslim agama sang caleg sebaiknya dalam politik wajib dikesampingkan untuk sementara, karena sejatinya keragaman itu adalah keindahan dalam berpolitik.

Itulah 4 tips buat masyarakat Riau yang masih ragu dan perdana (pemula) dalam memilih Caleg kedepannya. Semoga kita cermat menganalisa, Siapa sahaja yang mampu membangun dan mengusung kemajuan bagi negeri Riau untuk 5 tahun kedepan.

Ingat jangan GOLPUT !

Siapapun pilihannya, tetap kata dan keputusan final 17 April 2019 sebagai ajang demokrasi dan penentu kemenangan buat seluruh masyarakat Indonesia. Semoga kita matang dalam memilih, dan semakin cerdas dalam menentukan sikap.

Selamat Mencoblos

Oleh Pitopangsan

Thursday, 11 April 2019

Mekanisme Payung Hukum Kebijakan Hutang dan Infrastruktur Negara

Hasil gambar untuk jalan tol dan hutang 






Klarifikasi pelurusan dibutuhkan selain untuk mencerdaskan masyarakat Riau juga media untuk perbandingan perimbangan informasi agar balance disalah satu pihak, jadi bukan sekedar fitnah atau post truth semata.

1. Tentang Hutang
Sejatinya hutang negara itu yang melegalisasikan (mensahkan) bukan lah tugas eksekutif (presiden), sosok presiden selaku eksekutif hanya sebatas mengajukan proposal hutang kepada DPR lalu, setelah dirapatkan maka, diketok palu oleh dewan sebagai dasar hukum untuk dilegalisasikan (disahkan). Itu point pertama yang butuh diluruskan. ringkasnya agar dipahami, tanpa acc Legislatif, pengajuan proposal hutang dari Eksekutif mustahil di eksekusi oleh Presiden. 

Point kedua tentang hutang adalah : jika telah diacc oleh legislatif barulah di eksekusi oleh Eksekutif via presiden yang semula telah mengajukan proposal hutang tadi. selanjutnya, syarat-syarat hutang negara tentu sudah dikaji ulang oleh team ahli kementerian ekonomi dan Fraksi bidang ekonomi bagian hutang negara, apa itu syaratnya ? hutang negara "RASIO HUTANG TAK BOLEH MELEBIHI 50% PDB," nah syarat ini tentu sudah diketahui semua kalangan baik team ahli ekonomi sampai fraksi bidang ekonomi tidak sembarangan masalah kebijakan hutang negara ini, semua punya prosedural baku dan ketat serta yang terpenting sudah disepakati oleh semua stakeholder. jadi, masyarakat tak bijak menyalahkan kembali kebijakan yang telah disepakati bersama karna kebijakan hutang tersebut secara konstitusional sudah miliki payung hukum.

2. Tentang Infrastruktur
Pelaksanaan infrastruktur butuh anggaran, sementara anggaran negara yang mengaturnya adalah LEGISLATIF selaku pengatur anggaran, Fraksi bidang pembangunan infrastruktur tentu sudah memberikan payung hukum kepada Eksekutif agar mengeksekusi kebijakan infrastruktur untuk kepentingan pembangunan nasional dalam jangka panjang. Jadi, presiden hanya sekedar pelaksana infrastruktur (eksekutor), jika kebijakan infrastruktur tak di acc legislatif maka, presiden tentu tak bisa mengerjakannya, karna anggaran tak cair untuk membangun. Itu mekanismenya jadi gak perlu repot-repot lagi membahas legalitas (keabsahan) infrastruktur. yang sudah sesuai konstitusi.

Point tambahan tentang Infrastruktur adalah : sudah ada instruksi presiden untuk PU dan BUMN dalam melaksanakan proyek infrastrukturnya dengan diwajibkan menggunakan bahan ASPAL KARET. otomatis kebijakan Inpres tersebut mampu mempengaruhi DEMAND dan SUPPLY terhadap KARET (getah). Efeknya tentu positif terhadap kenaikan harga karet buat petani karet.

Oleh Pitopangsan

Apa Jasa Prabowo Ditanah Riau ???

Gambar terkait

Blok Rokan kembali ke tanah air via Pertamina itu adalah suatu jasa besar yang telah dilakukan oleh perusahaan milik negara BUMN terhadap masyarakat Riau untuk mewujudkan jargon "TOLAK PENGELOLAAN ASING & NASIONALISME EKONOMI". Masyarakat Riau harus cerdas bahwa dibalik professional Pertamina dalam mengikuti tender bisnis, itu bukan semata-mata pencitraan untuk merebut hati rakyat Indonesia, tapi lebih jauh daripada itu pemerintah pusat proxy Pertamina telah membuktikan bahwa SUMBER DAYA MANUSIA kita mampu untuk mengelolah BLOK ROKAN. Kemampuan ini tentu harus diperkuat lagi dengan meningkatkan terus penjualan dan produksi minyak. Hal ini tentu tantangan hebat buat PERTAMINA dan jadi motivasi kuat mereka untuk terus membangun tanah air agar semakin sejahtera seperti layaknya PETRONAS Malaysia, yang notabene dulunya telah belajar langsung kepada PERTAMINA kita.

Blok Rokan yang dimenangkan oleh Pertamina itu adalah bukti nyata bahwa pemerintah pusat serius untuk wujudkan NASIONALISME EKONOMI bukan Nasionalisasi. Pertarungan TENDER antara Pertamina kontra Chevron ini bukanlah barang pencitraan politik, semua ini adalah murni profesional penawaran bisnis. Tidak gampang untuk memenangkan tender pengelolaan Blok Rokan yang selama 50 tahun ini telah dikuasai oleh perusahaan bonafit profesional PT. CHEVRON atas izin kontrak pemerintah ORDE BARU dulunya.

Chevron kalah tender dan positif hengkang dari tanah Riau, bukankah ini yang masyarakat Riau dambakan dan mimpikan ? kita selaku masyarakat riau wajib bersyukur dan berterimakasih kepada PERTAMINA selaku perusahaan perpanjangan tangan pemerintah yang berlabel BUMN karena mereka telah mampu membuktikan bahwa TANAH RIAU bisa dimiliki oleh bangsa sendiri. Itulah fakta kebenarannya bahwa NASIONALISME EKONOMI telah mampu diwujudkan ditanah RIAU melalui pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina. 

Cerdaslah masyarakat dalam memilih, pilihlah orang yang benar-benar telah berjasa besar kepada kita, terutamanya masyarakat Riau atas kembalinya Blok Rokan kebumi pertiwi pengelolaannya. Maju terus Pertamina !

Oleh Pitopangsan

https://www.facebook.com/BaladJKWJabarBanten2018/videos/622648748183807/?t=5

Thursday, 4 April 2019

Menggetahkan Pemerintah Plus 4 solusi Pemerintah Jokowi

Hasil gambar untuk getah karet di riau



Kebijakan presiden untuk mendongkrak kembali harga karet salah satunya dengan mewajibkan PU dan BUMN dalam membangun jalan TOL menggunakan ASPAL KARET. Bahan baku aspal karet ini nantinya pasti akan merangsang permintaan yang sangat banyak didalam negeri sehingga kebutuhan ekspor pasar luar negeri thd karet bisa direm dan dikendalikan, ternyata selama ini harga karet rendah penyebab faktornya adalah supply melimpah didalam negeri, lalu harga dimainkan oleh konsumen pasar luar negeri seperti Amerika dan Jepang untuk memproduksi industri hilir BAN kedua negara tersebut.

Jika infrastruktur jalan diseluruh indonesia, terutamanya 3 wilayah : Sumatera, kalimantan dan jawa kedepannya diwajibkan untuk menggunakan ASPAL KARET, barang jadi dan tentu mampu mempengaruhi harga karet dipasaran dalam negeri, Itu untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, Hilirisasi Industri karet dalam negeri akan digenjot.

Persoalan harga karet diindonesia bukan hanya sekedar persoalan dalam negeri, fluktuatif harga karet dipengaruhi oleh persoalan GLOBAL, dimulai dari Thailand, Malaysia dan negara Amerika Latin juga terimbas dari "pahitnya" harga karet bagi petani karet.

Supply karet yang melimpah didalam negeri akan menciptakan EKSPOR bahan mentah karet itu sendiri terutama kenegara tujuan yaitu AMERIKA dan JEPANG. Tapi, ironisnya belakangan karna supply melimpah kepasar luar negeri , alhasil harga karet anjlok ditentukan secara sepihak oleh negara-negara pengimport karet yang sangat merugikan sepihak kesejahteraan ekonomi petani karet.
SOLUSI JITU buat Ekspor karet agar harga karet merangkak naik adalah : "SUPPLY KARET KE PASAR HARUS DIKENDALIKAN.atau MENGEREM EKSPOR KARET."

Oleh Pitopangsan