Saturday, 31 May 2014

Kenapa Harus DOLLY ?



Pagi hari sudah membaca informasi berita tentang rencana penutupan komplek perumahan DOLLY di surabaya. Tapi tak mengapa, semua asupan info berita di media cetak punya nilai tambah tersendiri buat pengetahuan sekitar kita. Dolly berdiri bukan tanpa sebab dulunya, alasan bisnis, tekanan ekonomi para PSK, serta sulitnya para PSK mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan skill yang mereka miliki layaknya kita turut merasakannya. Tak usah jauh-jauh, jangankan seorang PSK, seorang sarjana yang tamatan pendidikan berprestasi saja sampai saat ini masih ada terkutang-katung untuk menentukan nasib pekerjaan. Persaingan dunia kerja dan bisnis tentulah faktor utama kenapa para PSK tersebut hingga saat ini lebih memilih pekerjaan yang simpel dan terkesan gampang tanpa modal, tanpa bersusah payah mengurusi prosedur administrasi pekerjaan yang berbelit-belit. Belum ditambah lagi faktor keterpaksaan mereka terhadap sang mucikari yang notabene adalah majikan mereka. Kebanyakan para PSK tersebut memang bekerja tanpa rasa keikhlasan, mereka bekerja karena faktor X bukan faktor Z. Faktor X adalah faktor yang lebih bersifat umum dan Horizontal. Sementara faktor Z lebih menitik beratkan kepada nilai-nilai faktor yang bersifat khusus dan Vertikal. Tekanan ekonomi, terlilit hutang, sulitnya mencari pekerjaan, dan sikap tidak mau berusaha lebih keras mencari pekerjaan yang layak ini masuk kategori Faktor X yang diatas. Sementara Faktor Z lebih terfokus kepada urusan vertikal, urusan khusus kepada akhirat dan tanggungjawab kepada Tuhan, faktor Z ini lebih bersifat kereligiusan, makanya faktor Z ini tak mengena sama sekali pada diri mucikari dan PSK tersebut.
Sang mucikari dan PSK sama hak dan tanggungjawabnya dengan warganegara-warganegara yang ada di NKRI ini, cuma karena alasan profesi saja mereka saat ini merasakan sanksi sosial dari masyarakat sekitar. Pun begitu, sang Mucikari dan Psk tersebut tak memiliki kuasa terhadap roda perekonomian warga sekitar. Mucikari dan Psk tersebut hanya diperalat oleh sistem profit bisnis hiburan malam yang dikuasai oleh para pengusaha bisnis hiburan malam. Tanpa sebab, Dolly berdiri adalah peran serta dari pengusaha-pengusaha tersebut. Hiburan Klub malam seperti pub, diskotek, dan klub stand yang sangat menjamur adalah cerminan bahwa tempat hiburan tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk mendapatkan income profit. Jangan bilang kepada saya, bahwa tempat-tempat hiburan klub malam tersebut tidak menyediakan jasa tenaga seks seperti DOLLY ? Bagi yang berkantong tipis dan pas-pasan maka dolly lah tempat cocok untuk melepaskan pelampiasan pria-pria hidung belang yang terserang seks akut dini. Kebijakan serius pemkot surabaya untuk menutup lokalisasi Dolly tersebut pada tanggal 19 Juni 2014 sudah sangat tepat sekali ! Namun, jangan sampai penutupan lokalisasi tersebut membawa keberuntungan tersendiri bagi pengelola klub-klub malam di sekitar Dolly. Dolly ditutup maka pub, diskotek dan klub-klub malam yang mewah tersebut menjadi ramai.
Adanya niat baik dan tanggungjawab ibu walikota surabaya, Tri Rismaharini atau yang kerap dipanggil Risma harus didukung penuh, baik itu kader PDI P maupun kader-kader parpol lainnya. Karena urusan Dolly bukan urusan kepartaian dan pencitraan kepartaian belaka. Suksesi kebijakan pemkot surabaya dalam menangani kasus lokalisasi Dolly ini tanpa sadar akan menambah nilai tambah positif dari publik bahwa pemkot surabaya telah peduli terhadap keresahan masyarakat sekitar Dolly. Namun, kebijakan pemkot terhadap Dolly harus terus dikontrol dan diselesaikan sampai tuntas jangan sampai berhenti dipertengahan jalan beriring masa jabatan walikota habis. Janji adalah janji, penyelesaian janji wajib diselesaikan sampai tuntas tanpa kecuali ! Tak mengapa anggaran daerah surabaya dialihkan sedikit kepada mereka para mucikari dan Psk lokalisasi Dolly, jikalau dalam beberapa tahun kedepan mereka bisa mampu untuk bekerja yang layak tanpa adanya tekanan atau paksaan. Kucuran dana anggaran daerah, pembinaan, penempahan karakter dan skill serta memberikan akses lapangan pekerjaan yang mudah merupakan misi kebijakan dari pemkot surabaya. Sungguh mulia misi kebijakan tersebut dengan syarat Pemkot surabaya serius sampai diakhir penuntasan program kebijakan ... Sekian. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment