Pagi hari sudah membaca informasi berita tentang rencana penutupan
komplek perumahan DOLLY di surabaya. Tapi tak mengapa, semua asupan info berita
di media cetak punya nilai tambah tersendiri buat pengetahuan sekitar kita.
Dolly berdiri bukan tanpa sebab dulunya, alasan bisnis, tekanan ekonomi para
PSK, serta sulitnya para PSK mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
skill yang mereka miliki layaknya
kita turut merasakannya. Tak usah jauh-jauh, jangankan seorang PSK, seorang
sarjana yang tamatan pendidikan berprestasi saja sampai saat ini masih ada
terkutang-katung untuk menentukan nasib pekerjaan. Persaingan dunia kerja dan
bisnis tentulah faktor utama kenapa para PSK tersebut hingga saat ini lebih
memilih pekerjaan yang simpel dan terkesan gampang tanpa modal, tanpa bersusah
payah mengurusi prosedur administrasi pekerjaan yang berbelit-belit. Belum
ditambah lagi faktor keterpaksaan mereka terhadap sang mucikari yang notabene
adalah majikan mereka. Kebanyakan para PSK tersebut memang bekerja tanpa rasa
keikhlasan, mereka bekerja karena faktor X bukan faktor Z. Faktor X adalah
faktor yang lebih bersifat umum dan Horizontal. Sementara faktor Z lebih
menitik beratkan kepada nilai-nilai faktor yang bersifat khusus dan Vertikal.
Tekanan ekonomi, terlilit hutang, sulitnya mencari pekerjaan, dan sikap tidak
mau berusaha lebih keras mencari pekerjaan yang layak ini masuk kategori Faktor
X yang diatas. Sementara Faktor Z lebih terfokus kepada urusan vertikal, urusan
khusus kepada akhirat dan tanggungjawab kepada Tuhan, faktor Z ini lebih
bersifat kereligiusan, makanya faktor Z ini tak mengena sama sekali pada diri
mucikari dan PSK tersebut.
Sang mucikari dan PSK sama hak dan tanggungjawabnya dengan warganegara-warganegara
yang ada di NKRI ini, cuma karena alasan profesi saja mereka saat ini merasakan
sanksi sosial dari masyarakat sekitar. Pun begitu, sang Mucikari dan Psk
tersebut tak memiliki kuasa terhadap roda perekonomian warga sekitar. Mucikari dan
Psk tersebut hanya diperalat oleh sistem profit bisnis hiburan malam yang
dikuasai oleh para pengusaha bisnis hiburan malam.
Tanpa sebab, Dolly berdiri adalah peran serta dari pengusaha-pengusaha
tersebut. Hiburan Klub malam seperti pub, diskotek, dan klub stand yang sangat
menjamur adalah cerminan bahwa tempat hiburan tersebut memiliki daya tarik
tersendiri untuk mendapatkan income profit. Jangan bilang kepada saya, bahwa
tempat-tempat hiburan klub malam tersebut tidak menyediakan jasa tenaga seks seperti
DOLLY ? Bagi yang berkantong tipis dan pas-pasan maka dolly lah tempat cocok
untuk melepaskan pelampiasan pria-pria hidung belang yang terserang seks akut
dini. Kebijakan serius pemkot surabaya untuk menutup lokalisasi Dolly tersebut
pada tanggal 19 Juni 2014 sudah sangat tepat sekali ! Namun, jangan sampai
penutupan lokalisasi tersebut membawa keberuntungan tersendiri bagi pengelola
klub-klub malam di sekitar Dolly. Dolly ditutup maka pub, diskotek dan
klub-klub malam yang mewah tersebut menjadi ramai.
Adanya niat baik dan tanggungjawab ibu walikota surabaya, Tri
Rismaharini atau yang kerap dipanggil Risma harus didukung penuh, baik itu
kader PDI P maupun kader-kader parpol lainnya. Karena urusan Dolly bukan urusan
kepartaian dan pencitraan kepartaian belaka. Suksesi kebijakan pemkot surabaya
dalam menangani kasus lokalisasi Dolly ini tanpa sadar akan menambah nilai
tambah positif dari publik bahwa pemkot
surabaya telah peduli terhadap keresahan masyarakat sekitar Dolly. Namun,
kebijakan pemkot terhadap Dolly harus terus dikontrol dan diselesaikan sampai
tuntas jangan sampai berhenti dipertengahan jalan beriring masa jabatan
walikota habis. Janji adalah janji, penyelesaian janji wajib diselesaikan
sampai tuntas tanpa kecuali ! Tak mengapa anggaran daerah surabaya dialihkan
sedikit kepada mereka para mucikari dan Psk lokalisasi Dolly, jikalau dalam
beberapa tahun kedepan mereka bisa mampu untuk bekerja yang layak tanpa adanya
tekanan atau paksaan. Kucuran dana anggaran daerah, pembinaan, penempahan
karakter dan skill serta memberikan akses lapangan pekerjaan yang mudah
merupakan misi kebijakan dari pemkot surabaya. Sungguh mulia misi kebijakan
tersebut dengan syarat Pemkot surabaya serius sampai diakhir penuntasan program
kebijakan ... Sekian. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment