Dunia politik itu
tak sesimpel apa yang dipikirkan, secara pakteknya saja terkadang bisa
terhempas dan bisa pula melejit melampui batas yang diplanning. Tapi, yang
menarik dari ranah politik adalah jenis dan bentuk strategi politik yang coba
dibangun dan direkayasa oleh tokoh-tokoh elite parpol, akademisi, intelektual,
sampai professional dan masyarakat awam. Ambil contoh dari strategi politik yang coba
dimainkan oleh para elite partai Golkar, kekalahan dan keterkatung-katungnya
nasib pencapresan ketum Golkar Aburizal Bakrie tidak lain karena planning
strategi politik yang lebih mementingkan EGO pribadi ketimbang PELUANG
(kesempatan). Arb sebenarnya diawal sudah diminta oleh Jokowi untuk ikut
bergabung dengan koalisi PDI P dan Nasdem serta PKB, tapi request Jokowi
tersebut dengan tegas dan semangat dijawab oleh Arb dengan sikap penolakan,
alasannya Arb masih ditetapkan sebagai CAPRES dari kubu GOLKAR Alhasil Jokowi
pulang dengan tangan kosong dan tak mampu melobi dan menaklukkan Arb.
Sikap percaya
diri dan full energiknya ARB tersebut serta merta membuat peta koalisi partai
pengusung pilpres 2014 nampak semakin ketat, sekalipun survei telah
memprediksikan hanya ada 2 calon nama bacapres yang tetap eksis dipublik, yaitu
1. Jokowi dodo dan 2. Prabowo subiyanto. Sekalipun kenyataan hasil survei
tersebut sudah dirilis dari berbagai lembaga survei tapi, sedikitpun Arb tak
bergeming
dan tak ambil pusing. ARB Kepedean akan tetap diusung sebagai Bacapres dari
partai Golkar. Tingkat emosional (Ego) Arb lebih dominan ketimbang membaca
peluang dan membaca taktik politik lawan dikubu yang lain. Tingkat
elektabilitas Arb pun rendah, indikator-indikator track recordnya selama
menjabat menjadi menteri di era Mr. presiden SBY tak meninggalkan jejak positif
buat publik, belum lagi ditambah kasus lumpur lapindo yang notabene sampai saat
ini masih belum tuntas. Anggaplah kasus lumpur lapindo itu dengan bijaksana
kita katakan sebagai Musibah yang tak disengaja, namun Arb selaku pihak yang
bertanggungjawab dan pihak berwenang dalam menuntaskan kasus tersebut jangan
sampai menyerah apalagi meninggalkan ditengah jalan saja, ribuan nasib warga
porong sidoarjo yang pembayaran ganti ruginya belum terselesaikan secara utuh
dan menyeluruh !
Sosok karakter Arb yang terkesan
mendiamkan dan menelantarkan warga porong sidoarjo bukanlah ciri sosok pemimpin
yang mampu untuk memimpin NKRI. Arb hanya seorang politisi yang berorientasi
kepada keuntungan bisnis usahanya sendiri dan keluarga, Arb hanya mau untung
saja, sementara kerugian tak mau ditanggung, picik licik dan kancil politisi
kacangan yang satu ini
Keberanian ARB
untuk menemui dan bertatap muka kepada warga porong sidoarjo, sama sekali tak
ada niat dihati beliau. Arb takut akan diamuk massa dan takut akan dihakimi
oleh warga porong apabila berani datang kesana. Inilah cerminan tokoh politisi
yang bermoral topeng dan berkarakter pengecut menghadapi masyarakat awam.
Kenapa harus takut jikalau tidak salah, dan kenapa harus takut jikalau Arb
benar ??? Mental ARB hanya dikadali oleh warga porong yang notabene hanya
masyarakat awam yang tak banyak berpendidikan. Nama baik Arb dimata publik
hancur dengan sendirinya karena ulahnya sendiri
Untung saja Tuhan
telah membatalkan pencapresan Arb tersebut dengan perantaraan sosok Hatta
rajasa sebagai tandem dari Prabowo subiyanto. Bagaimana mungkin bisa dibiarkan
calon pemimpin yang tak punya track record teruji, berkasus dan cacat dimata
publik akan mampu bersaing dengan seleksi alam ? Semua sudah takdir dan semua
adalah campur tangan Tuhan melalui perantaraan manusia juga. Arb tak bisa
mengendalikan Egonya dan tak cukup cerdas membaca peta dan situasi politik yang
dapat menghempaskan planning pencapresannya saat ini.
Konflik antara
Arb dan Mr. Presiden SBY memang tak bisa dielakkan disaat ARB mencla mencle
kepada SMI (sri mulyani) yang notabene adalah bawahan Mr. Presiden SBY. SMI
membongkar dan memblowup semua kasus tunggakan pajak perusahaan yang dimiliki
oleh ARB. Merasa tak nyaman akhirnya Arb mengambil tindakan perlawanan politik
untuk menjatuhkan dan menjauhkan SMI dari dalam sistem pemerintahan Mr. Presiden SBY. Gesekan
inilah yang puncaknya pada kasus bank century, dimanfaatkan oleh Arb untuk
menghancurkan nama baik dan kredibilitas SMI dimata publik. Masih ingatkah kita
banyak pendemo bayaran yang menghujat, mencaci maki, bahkan membakar foto SMI,
Boediono dan Mr. Presiden SBY ? Para pendemo bayaran tsb adalah suruhan sang
ketum Golkar tersebut.
Fitnah Kasus Bank
Century di Awal tahun 2009 terus bergulir dan sengaja diblowup oleh 2 media
massa elektronik seperti Metro TV dan TV One. Tanpa sadar publik sudah tercuci
otak (brain wash) mereka dengan adanya asupan informasi yang salah dan tak
berimbang tersebut. Peran TV media sangat berpengaruh untuk menumbangkan nama
baik dari partai demokrat beserta nama baik Mr. Presiden SBY.
Tak berhenti
sampai memfitnah kasus bank century saja, kasus lain yaitu kasus hambalang pun
seakan-akan diblowup kepada publik tanpa bertumpu kepada sikap pilah memilah
informasi yang professional, 2 TV media tersebut pukul rata dan menganggap
semua elite partai demokrat beserta Mr. Presiden SBY dituduh terlibat dalam
naungan kasus hambalang tersebut. Padahal kebenaran kasus hambalang tersebut
menurut
kesaksian minda rosalina (mantan kaki tangan nazaruddin), mengatakan bahwa Anas
urbaningrum dan Mr. Presiden SBY tak terlibat sama sekali. Minda Rosalina lebih
detail mengatakan ada 3 pihak yang ikut serta dalam tender proyek hambalang, 1.
Nazaruddin dengan PT Duta Graha Indah (DGI). 2. Anas
Urbaningrum dengan membawa PT Dutasari Citralaras. 3. Andi malaranggeng
melalui adiknya Andi Anwar Zulkarnaen dengan PT. Adhi Karya.
Dari ketiga peserta tender tersebut ternyata pemenangnya adalah PT. Adhi Karya
! KSO Adhi Karya-Wijaya Karya (Wika). Kerjasama ini membuat Nazaruddin geram karena sejak
awal ada perjanjian tidak lisan bahwa PT Adhi Karya akan menggandeng PT DGI
untuk maju mengerjakan proyek Hambalang. Mendengar berita kemenangan tender tersebut,
lantas Nazaruddin marah besar dan kalap tak terima, maka diutuslah mindo
rosalina untuk mengambil kembali uang mahar sebesar Rp. 20 Milyar yang telah
diberikan nazaruddin kepada sekretaris menpora. Uang 20 M tersebut semula untuk
memperlancar kerjasama agar Perusahaan
yang dimiliki oleh Nazaruddin bisa menang tender di proyek Hambalang tsb. Tapi,
ternyata PT. Adhi Karya sudah menyalib duluan dengan melobi dan mendekati Choel
Malarangeng (adik Andi), makanya Choel terlibat kasus ini dan makanya pula
dalam kesaksiannya di pengadilan Choel berani mengembalikan uang sogokan dari
PT. Adhi Karya tersebut
Masih ingatkah
publik bagaimana sejarah berpolitiknya sosok Andi malarangeng sewaktu belum
betah di Partai Demokrat ? Karier no maden (berpindah-pindah) nya dalam
berpartai dimulai dari PDK, tak lama kemudian entah alasan kenapa lalu keluar
dan pindah ke PAN (partai amanat nasional), lalu pindah ke Partai Demokrat
sekalipun sempat sebelumnya ke GOLKAR. Di alam partai demokrat inilah sosok
andi malarangeng betah dan bisa dipercaya dan mendapatkan support dari
petinggi-petinggi partainya. Sampai Andi dipercayai oleh Mr. Presiden SBY
menjabat sebagai menteri dikabinet pemerintahan beliau. Meskipun begitu Andi M
bukanlah anak kesayangan dari Mr. Presiden SBY. Anas Urbaningrum lah pemilik
gelar anak kesayangan tersebut.
No comments:
Post a Comment