Sunday, 20 July 2014

Israel Kontra Palestina

 
Perang dan peperangan, bela dan pembelaan, hancur dan kehancuran, rusak dan kerusakan inilah yang sedang terjadi di belahan timur laut tengah yang menjadi wilayah perbatasan yang membatasi Mesir dan disebelah Utara ada Israel, Pertikaian dan perhelatan antara penguasa dan pembesar wilayah. Hal ini bukan tercipta tanpa sebab, peperangan terjadi dikarenakan ada yang diperebutkan, atau setidaknya ada yang dipertahankan. Lantas apa yang diperebutkan?, sehingga harus mengorbankan darah dan nyawa?, lagi-lagi inilah konsekwensi dari yang namanya peperangan, pertempuran. Namun dilain pihak ada yang keberatan, ada yang berunjuk sara, ups…rasa. Mengatas namakan pembelaan terhadap nyawa dan orang-orang yang menjadi korban. Ini dalih semua orang, inilah pembelaan semua penguasa dan pembesar tersebut, ketika sudah terjadi, disaat pertempuran sedang berlangsung,(hemmm). Coba analogikan saja siapakah yang bisa kita salah dan benarkan disaat tinju sedang berlangsung?, adakah penilaian tersebut berlaku?, atau bolehkah kita menilai salah satu pemain tinju tersebut kejam?. Analogi ini dibuat untuk mengingatkan dan menyadarkan kita akan pentingnya mengantisipasi atau menyelesaikan penyebab bukan ekses demi ekses. Maka mengapa ketika peperangan dalam bentuk genjatan senjata beramai-ramai manusia berontak?, mengapa ketika salah satu pemain tinju cedera/terluka, bahkan ada yang wafat, tidak ada yang heboh?. Maka bagi Penulis seperti itu jugalah peperangan yang terjadi diseluruh dunia tidak terkecuali Gaza, Israel dan Mesir. Namun jika disangkut pautkan dengan etnis, religion dan kemanusian, cocokah?, atau sudah paskah?,. Lantas mengapa tidak begitu pula menilainya disaat permainan Tinju sedang berlangsung?. Adilkah?. Yang mana dan bagaimanapun sudut pandang orang yang diluar arena apapun arena tersebut, husss….jangan ikut campur, kalaupun ingin ikut emang tahu permasalahan?, emang ngarti apa yang sedang terjadi?, (Perasaan lu). Kalau mengerti dan memaksa juga untuk membantu, Hajar…..bisa lewat komentar, atau kirim email, atau kirim senjata, bisa juga lewat yang tertera di bawah ini(heemm). Yang terpenting jangan kirim dosa, jangan menambah runcing dan rancu. Kalaupun mengerti duduk perkara dari sebuah persoalan belumlah tentu bisa merubah, takkan menjadi sebuah perubahan, bila akar permasalahan belum diselesaikan. Bila penyebab dari penyakit tersebut belum disembuhkan. Takkan tumbuh subur sebuah pohon bila akarnya tak sehat/bagus. Takkan jadi daging bila yang dimakan tak bergizi, kalaupun jadi hanya sebatas mengantisipasi rasa lapar seketika. Sedikit saya berbagi ketika di suatu pengajian/forum diskusi bersama beberapa teman dan jemaah yang hadir. Seputar permasalahan yang menyangkut hal tersebut. Maka dari salah satu audiens bertanya: Ust…Bang…Pak(memanggilku) Oy..Yups…(saudku). Bagaimana kita menanggapi atau setidaknya bersikap terhadap peperangan tersebut?(Tanya audiens). Sejauh mane kite tanggap, dan se-sanggup ape kite birsikap”(jawabku), Oh gitu!(kata si-penanya). Langsung deh nyerocos dari sebelahnya audiens lain, Wah kok sepertinya kita yang disini hanya bisa bicara?, (komentar audiens yang lain). Emang(jawabku). Wah! salah tempat dong ane!(Kata yang lain pula). Makanye ente kalau mau masuk/ikut sebuah forum diskusi/pengajian lihat-lihat dong?(jawab audiens lainnya Moderator). Lalu lihat-lihattan tuh audiens/jemaah, sambil tersenyum, ada yang merengut, ada juga yang tertawa(aneka ragam perwujudannya). Bagaimana mungkin saya(penulis) bisa menyelesaikan semuanye komentar dan pertanyaan yang ade di forum ini!, apalagi persoalan Gaza vs Israel!. Yang bertanya sudah saya jawab!, Lagian perlukah sebuah komentar ditanggapi?. Bisakah mempengaruhi sebuah komentar apalagi komentar penonton yang berada diluar lapangan memberikan kontribusi kepada mereka yang dilapangan?. Begitu pula sebuah pertanyaan yang dimana seyogiyannya sebuah pertanyaan maupun komentar haruslah mendekati hal yang dipersoal, harus sesuai, harus tepat. Seperti yang sering saya katakan, orang yang sakit giginya, yaa dibawa ke dokter gigi toh?, mungkinkah dibawa kedokter kandungan?. Coba tenang-tenang menyimak jawaban saya, khususnya jawaban yang tadi saya jawab(jawaban yang diatas). Ust…Bang…Pak…(audiens memanggilku) Setidaknya atau seminimalnya dari segi kemanusiaannya, masak sih! tidak ada yang bisa kita buat?,, apa kek! Seperti bantuan, dalam bentuk finansial, yang mereka butuhkan(tandas audiens). Bantu! Hajar! Lagian siapa yang melarang?(jawabku). (namun perlu di-ingat!) Kalau alasanmu mereka yang di Palestine dan Gaza adalah saudara-saudara kita yang lagi tertimpa musibah/masalah, “bagaimana dengan mereka yang didekatmu/disekitar atau tetangga kita disebelah, apakah mereka juga bukan saudara?”.
Tulisan ini hanya sekedar melatih tangan dan pikiran, agar tetap konsisten dan berbagi agar bisa untuk menempatkan setiap hal/urusan/persoalan, ada ruang dan waktunya sendiri. Sebab tak ada kesalahan dan tak ada benar bila didalam medan peperangan, yang ada hanya pertahanan, pertempuran, dan konsekwensi yang sesuai dengan garis-garis demarkasi yang sudah ditentukan dalam hukum perang. Jangan mencoba mencari siapa yang salah apalagi mencari siapa yang benar, khususnya dalam peperangan yang terjadi di Gaza. Emang baru kali ini ape?. Selain itu penulis juga ingin menggaris bawahi kalau yang terjadi di Gaza bukanlah Jihad Fisabilillah, melainkan jihad kepentingan yang ingin berkuasa. Jangan coba pula disangkut pautkan dengan segala macam bentuk teori, baik konspirasi dan illuminati. Sebab teori yang banyak beredar bisa-bisa saja dan boleh-boleh saja dibuat, namun yang perlu di-ingat perang sudah terjadi, dan akan terus terjadi bila manusianya yang disana dan disini tidak mau sadar, tidak memiliki system proteksi diri yang kuat, dan tidak memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi bekal dalam menjalani kehidupan ini. Inilah akibat dari menganggap enteng/remeh terhadap manfaat dan mudharat sebuah ilmu, sebab dengan ilmu orang bisa sukses dengan ilmu juga orang bisa meraih pencerahan, namun bila ilmu tak dibarengi dengan moral/akhlak yang bisa memprotek dari segala bentuk kejelekan dan kejahatan, maka yang ada hanya kehancuran, kesia-siaan. Proteksi diri/Takwa mudah untuk diucap, namun tak semudah mereka melakukan ke-ajulaan(gegabah,tergesa-gesa). Ini dampak dari gaya hidup manusia abad ini yang hobinya mencari kesalahan dan kelamahan orang lain, dan berusaha menghindar sejauh-jauhnya ketika dalam kondisi susah, dan melemparkan kesulitan serta mencari kembing hitam kepihak lain selain dirinya sendiri. Semua itu adalah akibat bukan sebab dari sebuah persoalan, yang tak perlu dibesar-besarkan, ekses akan tetap ada baik sekecil dan sebesar apapun. Hukam alam yang kausalitanya perlu untuk dicermati. Tidak hanya sampai disitu, melainkan seluruh manusia di-planet bumi ini haruslah belajar menghargai bahwa alam dan makluk lainnya juga butuh hidup, dan berkesinambungan. Jika munusia selalu berfikiran dan berpandangan bahwa dialah satu-satunya komunitas yang tinggal dibumi ini, sehingga setiap segala persoalan yang terjadi selalu disangkutkan pada kemanusiaannya saja. Maka inilah yang perlu diperbaiki.

اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُور
Allah yang paling mengetahui isi hati
Author by Fardhie

No comments:

Post a Comment