Perang
dan peperangan, bela dan pembelaan, hancur dan kehancuran, rusak dan
kerusakan inilah yang sedang terjadi di belahan timur laut tengah yang
menjadi wilayah perbatasan yang membatasi Mesir dan disebelah Utara ada
Israel, Pertikaian dan perhelatan antara penguasa dan pembesar wilayah.
Hal ini bukan tercipta tanpa sebab, peperangan terjadi dikarenakan ada
yang diperebutkan, atau setidaknya ada yang dipertahankan. Lantas apa
yang diperebutkan?, sehingga harus mengorbankan darah dan nyawa?,
lagi-lagi inilah konsekwensi dari yang namanya peperangan, pertempuran.
Namun dilain pihak ada yang keberatan, ada yang berunjuk sara, ups…rasa.
Mengatas namakan pembelaan terhadap nyawa dan orang-orang yang menjadi
korban. Ini dalih semua orang, inilah pembelaan semua penguasa dan
pembesar tersebut, ketika sudah terjadi, disaat pertempuran sedang
berlangsung,(hemmm). Coba analogikan saja siapakah yang bisa kita salah
dan benarkan disaat tinju sedang berlangsung?, adakah penilaian tersebut
berlaku?, atau bolehkah kita menilai salah satu pemain tinju tersebut
kejam?. Analogi ini dibuat untuk mengingatkan dan menyadarkan kita akan
pentingnya mengantisipasi atau menyelesaikan penyebab bukan ekses demi
ekses. Maka mengapa ketika peperangan dalam bentuk genjatan senjata
beramai-ramai manusia berontak?, mengapa ketika salah satu pemain tinju
cedera/terluka, bahkan ada yang wafat, tidak ada yang heboh?. Maka bagi
Penulis seperti itu jugalah peperangan yang terjadi diseluruh dunia
tidak terkecuali Gaza, Israel dan Mesir. Namun jika disangkut pautkan
dengan etnis, religion dan kemanusian, cocokah?, atau sudah paskah?,.
Lantas mengapa tidak begitu pula menilainya disaat permainan Tinju
sedang berlangsung?. Adilkah?. Yang mana dan bagaimanapun sudut pandang
orang yang diluar arena apapun arena tersebut, husss….jangan ikut
campur, kalaupun ingin ikut emang tahu permasalahan?, emang ngarti apa
yang sedang terjadi?, (Perasaan lu). Kalau mengerti dan memaksa juga untuk membantu, Hajar…..bisa lewat komentar, atau kirim email, atau kirim senjata, bisa juga lewat yang tertera di bawah ini(heemm).
Yang terpenting jangan kirim dosa, jangan menambah runcing dan rancu.
Kalaupun mengerti duduk perkara dari sebuah persoalan belumlah tentu
bisa merubah, takkan menjadi sebuah perubahan, bila akar permasalahan
belum diselesaikan. Bila penyebab dari penyakit tersebut belum
disembuhkan. Takkan tumbuh subur sebuah pohon bila akarnya tak
sehat/bagus. Takkan jadi daging bila yang dimakan tak bergizi, kalaupun
jadi hanya sebatas mengantisipasi rasa lapar seketika. Sedikit saya
berbagi ketika di suatu pengajian/forum diskusi bersama beberapa teman
dan jemaah yang hadir. Seputar permasalahan yang menyangkut hal
tersebut. Maka dari salah satu audiens bertanya:
Ust…Bang…Pak(memanggilku) Oy..Yups…(saudku). Bagaimana kita menanggapi atau setidaknya bersikap terhadap peperangan tersebut?(Tanya audiens). Sejauh mane kite tanggap, dan se-sanggup ape kite birsikap”(jawabku), Oh gitu!(kata si-penanya). Langsung deh nyerocos dari sebelahnya audiens lain, Wah kok sepertinya kita yang disini hanya bisa bicara?, (komentar audiens yang lain). Emang(jawabku). Wah! salah tempat dong ane!(Kata yang lain pula). Makanye ente kalau mau masuk/ikut sebuah forum diskusi/pengajian lihat-lihat dong?(jawab audiens lainnya Moderator). Lalu lihat-lihattan tuh audiens/jemaah, sambil tersenyum, ada yang merengut, ada juga yang tertawa(aneka ragam perwujudannya). Bagaimana mungkin saya(penulis) bisa
menyelesaikan semuanye komentar dan pertanyaan yang ade di forum ini!,
apalagi persoalan Gaza vs Israel!. Yang bertanya sudah saya jawab!,
Lagian perlukah sebuah komentar ditanggapi?. Bisakah mempengaruhi sebuah
komentar apalagi komentar penonton yang berada diluar lapangan
memberikan kontribusi kepada mereka yang dilapangan?. Begitu pula sebuah
pertanyaan yang dimana seyogiyannya sebuah pertanyaan maupun komentar
haruslah mendekati hal yang dipersoal, harus sesuai, harus tepat.
Seperti yang sering saya katakan, orang yang sakit giginya, yaa dibawa
ke dokter gigi toh?, mungkinkah dibawa kedokter kandungan?. Coba
tenang-tenang menyimak jawaban saya, khususnya jawaban yang tadi saya
jawab(jawaban yang diatas). Ust…Bang…Pak…(audiens memanggilku)
Setidaknya atau seminimalnya dari segi kemanusiaannya, masak sih! tidak
ada yang bisa kita buat?,, apa kek! Seperti bantuan, dalam bentuk
finansial, yang mereka butuhkan(tandas audiens). Bantu! Hajar! Lagian siapa yang melarang?(jawabku). (namun perlu di-ingat!) Kalau
alasanmu mereka yang di Palestine dan Gaza adalah saudara-saudara kita
yang lagi tertimpa musibah/masalah, “bagaimana dengan mereka yang
didekatmu/disekitar atau tetangga kita disebelah, apakah mereka juga
bukan saudara?”.
Tulisan
ini hanya sekedar melatih tangan dan pikiran, agar tetap konsisten dan
berbagi agar bisa untuk menempatkan setiap hal/urusan/persoalan, ada
ruang dan waktunya sendiri. Sebab tak ada
kesalahan dan tak ada benar bila didalam medan peperangan, yang ada
hanya pertahanan, pertempuran, dan konsekwensi yang sesuai dengan
garis-garis demarkasi yang sudah ditentukan dalam hukum perang. Jangan
mencoba mencari siapa yang salah apalagi mencari siapa yang benar,
khususnya dalam peperangan yang terjadi di Gaza. Emang baru kali ini
ape?. Selain itu penulis juga ingin menggaris bawahi kalau yang terjadi
di Gaza bukanlah Jihad Fisabilillah, melainkan jihad kepentingan yang
ingin berkuasa. Jangan coba pula disangkut pautkan dengan segala macam
bentuk teori, baik konspirasi dan illuminati. Sebab teori yang banyak
beredar bisa-bisa saja dan boleh-boleh saja dibuat, namun yang perlu
di-ingat perang sudah terjadi, dan akan terus terjadi bila manusianya
yang disana dan disini tidak mau sadar, tidak memiliki system proteksi
diri yang kuat, dan tidak memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi bekal
dalam menjalani kehidupan ini. Inilah akibat dari menganggap
enteng/remeh terhadap manfaat dan mudharat sebuah ilmu, sebab dengan
ilmu orang bisa sukses dengan ilmu juga orang bisa meraih pencerahan,
namun bila ilmu tak dibarengi dengan moral/akhlak yang bisa memprotek
dari segala bentuk kejelekan dan kejahatan, maka yang ada hanya
kehancuran, kesia-siaan. Proteksi diri/Takwa mudah untuk diucap, namun
tak semudah mereka melakukan ke-ajulaan(gegabah,tergesa-gesa). Ini
dampak dari gaya hidup manusia abad ini yang hobinya mencari kesalahan
dan kelamahan orang lain, dan berusaha menghindar sejauh-jauhnya ketika
dalam kondisi susah, dan melemparkan kesulitan serta mencari kembing
hitam kepihak lain selain dirinya sendiri. Semua itu adalah akibat bukan
sebab dari sebuah persoalan, yang tak perlu dibesar-besarkan, ekses
akan tetap ada baik sekecil dan sebesar apapun. Hukam alam yang
kausalitanya perlu untuk dicermati. Tidak hanya sampai disitu, melainkan
seluruh manusia di-planet bumi ini haruslah belajar menghargai bahwa
alam dan makluk lainnya juga butuh hidup, dan berkesinambungan. Jika
munusia selalu berfikiran dan berpandangan bahwa dialah satu-satunya
komunitas yang tinggal dibumi ini, sehingga setiap segala persoalan yang
terjadi selalu disangkutkan pada kemanusiaannya saja. Maka inilah yang
perlu diperbaiki.
اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُور
Allah yang paling mengetahui isi hati
Author by Fardhie
No comments:
Post a Comment