Liputan6.com, Jakarta. Kebebasan adalah mimpi besar manusia, bahkan juga menjadi hasrat yang kuat dari binatang dan tumbuhan. Dalam sejarah, banyak manusia yang sampai memilih kehilangan nyawanya demi meraih mimpi mengenai kebebasan. Sebaik-baiknya sebuah kerangkeng, binatang pun akan lebih memilih untuk hidup bebas di habitat aslinya. Tak kalah juga, tumbuhan secara umum akan cenderung tumbuh “meninggalkan” ruang tertutup dan mencari ruang terbuka, tempat ditemukannya udara dan sinar matahari yang lebih banyak tersedia.
Jika di masa lalu, mimpi mengenai kebebasan adalah impian yang jauh, saat ini tampak berbeda. Kebebasan telah mewujud di berbagai belahan dunia. Salah satu penyebabnya adalah populernya sebuah sistem yang bernama demokrasi. Sistem yang menawarkan penghargaan terhadap kebebasan termasuk kesetaraan dan keterlibatan ini telah mengambil hati umat manusia.
Sistem lain (Monarki, Tirani, Oligarki, dll) banyak yang telah ditumbangkan. Jika tidak mampu menumbangkannya, masyarakat dari negara yang masih menjalankan sistem non-demokrasi pun banyak yang kemudian berusaha berpindah ke negara lain demi terwujudnya impian akan kehidupan yang lebih baik.
Selain terkait tata pengelolaan pemerintahan dan masyarakat luas, konsep demokrasi juga merambah ke area yang lebih sempit yakni keluarga. Banyak keluarga yang saat ini mulai mengalami perubahan dalam relasi keseharian. Pola relasi di antara anggota-anggota keluarga menjadi lebih demokratis.
Pendidikan dan pengasuhan anak pun mulai didasarkan pada prinsip demokrasi. Banyak orangtua yang kemudian memilih untuk membesarkan anaknya dengan pengasuhan yang lebih demokratis. Harapannya adalah bertumbuhnya anak menjadi pribadi yang lebih demokratis yang banyak oleh banyak orang dipahami sebagai pribadi yang lebih sehat dan matang.
Selain itu, mendidik anak menjadi pribadi demokratis juga bertujuan agar anak lebih siap masuk dalam pergaulan masyarakat yang tampaknya mulai lebih banyak menunjung tinggi tata nilai demokrasi. Melatih karakter demokratis bisa dimulai semenjak anak mulai bisa diajak berdiskusi. Kira-kira sekitar umur 2 atau 3 tahun.
Tentu saja, untuk anak yang masih kecil, konsep dan aktivitas yang dilakukan dalam rangka membentuk priabdi yang demokratis ini harus dibuat secara sederhana sesuai dengan tahap usianya. Bagaimanakah cara membentuk pribadi anak yang demokratis?
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua agar dapat membentuk kepribadian demokratis pada anak:
1. Mendorong anak mengungkapkan pendapatnya
Kemampuan mengungkapkan pendapat adalah salah satu modal awal individu untuk menjadi orang yang demokratis. Individu yang terbiasa di bawah tekanan akan mengalami kesulitan berpendapat. Mereka takut ketika berpendapat akan terlihat bodoh atau jika pendapatnya berbeda dengan yang lain akan menimbulkan konsekuensi berupa hukuman sosial.
Orangtua perlu mendorong anak untuk belajar berpendapat dan memberikan pemahaman bahwa setiap pendapatnya berharga bahkan ketika ternyata terjadi perbedaan dengan yang lain. Aktivitas yang bisa dilakukan terkait dengan prinsip ini misalnya saja meminta anak berpendapat untuk menanggapi hal-hal yang sederhana. Sebagai contoh adalah meminta anak berpendapat tentang guru dan teman-teman di sekolahnya atau tentang suatu cerita / dongeng yang telah didengarnya
2. Mendorong anak untuk dapat mendengarkan orang lain
Karakter yang demokratis yang juga penting adalah kemampuan mendengarkan orang lain meskipun apa yang didengarkan tersebut tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Keinginan anak. Mereka yang memiliki masalah dengan mendengarkan sebenarnya tidak terbiasa dengan melihat segala hal dari perspektif orang lain.
Individu semacam ini merasa dirinyalah yang selalu benar dan harus menjadi pusat dari semuanya. Orangtua perlu mengantisipasi persepektif semacam ini pada anak dengan menyadarkannya bahwa dia hidup bersama banyak banyak orang yang sangat mungkin memiliki banyak perbedaan namun perlu saling mendengarkan dan menghargai satu sama lain. Untuk mengajarkan hal ini, mencoba berempati dan melihat pendapat yang berbeda dengan pendapat anak bisa menjadi aktivitas yang dilakukan anak dengan orangtua.
3. Melatih kemandirian pada anak
Pribadi yang demokratis seharusnya memiliki tingkat umumnya memiliki tingkat kemandirian yang memadai. Pribadi yang semacam ini tidak memliki ketergantungan yang berlebihan dengan pihak lain. Orangtua dapat melatih kemandirian anak dengan mulai memberikan kepercayaan pada anak sesuai dengan usianya.
4. Melatih anak membuat pilihan dan menanggung konsekuensi dari pilihannya
Individu yang bersifat demokratis menghargai kebebasan. Kebebasan dalam konteks sifat demokratis haruslah disertai kemampuan memilih serta menanggung secara dewasa apa pun konsekuensi pilihannya.
Orangtua dapat mulai dengan memberikan kepercayaan pada anak untuk membuat pilihan dari hal-hal yang kecil. Orangtua kemudian membiarkan anak menjalani akibat dari pilihannya, entah itu menyenangkan atau tidak bagi anak. Sesudahnya orangtua perlu mengajak anak membicarakannya dan terakhir memberikan penghargaan terhadap proses memilih dan menerima akibat pilihan secara dewasa yang telah dijalaninya.
5. Membangun karakter demokratis pada orangtua sendiri
Terakhir dan sebenarnya menjadi dasar penting untuk pengasuhan anak agar menjadi pribadi yang demokratis adalah dimilikinya karakter demokratis pada orangtua sendiri. Hal ini tentunya tidak mudah mengingat banyak orangtua yang menikmati posisi yang lebih tinggi di hadapan anak dari berbagai segi.
Lebih mudah menjalani hidup dengan posisi tersebut dibanding harus bersusah payah menyetarakan relasi dengan anak karena berarti orangtua memberikan kesempatan pada anak untuk juga mulai menentukan banyak hal. Bagi orangtua yang terbiasa hidup dalam relasi yang sangat otoriter, hal ini tentu tidak mudah. Namun sekali lagi, jika orangtua ingin anaknya berkarakter demokratis hal ini perlu mulai dilakukan.
Selain akan menjadi model yang dilihat dan akan ditiru secara langsung oleh anak, dengan memiliki karakter demokratis orangtua akan terbantu dalam proses berdiskusi dan transfer nilai dengan anak dalam proses pengasuhan yang dilakukannya. Misalnya dalam penjelasan rasional dan pemberian contoh konsep-konsep demokrasi yang sedang dipelajari.
Mendidik anak agar menjadi pribadi yang demokratis memang biasanya akan terasa lebih sulit. Orangtua harus lebih banyak melakukan banyak diskusi dan mendengarkan anak. Yang lebih mendasar, orangtua juga harus menjadikan dirinya terlebih dahulu sebagai pribadi yang lebih demokratis.
Akan tetapi, meskipun awalnya sulit, buah-buah manis dari mendidik anak secara demokratis akan terasakan di masa-masa yang akan datang. Anak yang kemudian tumbuh menjadi remaja dan kemudian menjadi orang dewasa akan memiliki kematangan intrapersonal berupa kepercayaan diri, kemampuan mengungkapkan diri, dan kemampuan memilih sekaligus kematangan relasi interpersonal berupa kemampuan mendengarkan, melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan kemampuan berempati.
Heri Widodo M.Psi, Dosen Psikologi di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara.
No comments:
Post a Comment