Friday, 15 September 2017

Panel Surya seharga 120 Juta berkapasitas 6000 watt


Jakarta - Pada 13 September 2017 lalu di tengah-tengah acara jamuan makan malam dalam rangka Indo EBTKE Connex dan Bali Clean Energy Forum 2017, telah dilaksanakan Deklarasi Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt Fotovoltaik di Indonesia. 

Deklarasi ini didukung berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, melalui berbagai asosiasi masyarakat dan perusahaan. Dalam acara itu ada Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan berbagai asosiasi.

Salah satu asosiasi yang ikut menandatangani deklarasi tersebut adalah Perkumpulan Pengguna Listrik Surya Atap (PPLSA). PPLSA dibentuk dengan harapan bisa berkontribusi pada pembangunan negara, dalam hal ini penyediaan listrik.

Dalam perkumpulan yang berdiri sejak Oktober 2015 ini ada eks Dirut PLN Nur Pamudji, eks Gubernur OPEC Widhyawan Prawiraatmadja, eks Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy N Sommeng, dan sebagainya. Mereka semua ini telah memasang panel surya di atap rumahnya, untuk mengampanyekan energi alternatif untuk listrik.

"Kami ramai-ramai pasang solar panel di atap rumah. Saya sendiri sudah pasang sejak Agustus 2014," kata Ketua PPLSA, Bambang Sumaryo, saat dihubungi detikFinance, Jumat (15/9/2017). 

Bambang mengisahkan, 3 tahun lalu dirinya merogoh kocek Rp 120 juta untuk memasang panel surya dengan kapasitas 6 kilowatt peak (kWp) alias 6.000 Watt peak (Wp) di atap rumah. 

"Waktu itu mahal, biaya pemasangannya Rp 20 juta per kWp atau Rp 20.000 per Wp. Tapi sekarang biayanya makin murah, cost sekarang hanya Rp 15 juta per kWp," ujarnya. 

Listrik sebesar 6 kWp itu bisa menghidupkan seluruh alat elektronik di rumahnya selama 8 jam sejak 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Saat matahari terbenam, barulah rumahnya kembali menggunakan listrik PLN. "Jadi dari siang sampai sore enggak pakai listrik PLN," tukasnya.

Sekarang PPLSA sudah punya anggota sekitar 60 orang. Bukan hanya untuk rumah saja, ada juga anggota yang memasang panel surya di atap untuk memenuhi kebutuhan listrik tempat usaha. "Macam-macam, ada yang untuk kafe, kantor, dan lain-lain," ucap Bambang.

Pihaknya berharap, semakin banyak yang memasang panel surya di atap. Semakin banyak yang memasang solar panel membuat ketahanan energi makin kuat. Apalagi sekarang harga sel dan modul surya juga semakin murah, harga listrik dari surya sudah sangat kompetitif dibandingkan dengan harga listrik dari pembangkit listrik lainnya. 

Harga modul surya saat ini telah berada di bawah US$ 1/Wp dan cenderung akan menurun terus hingga berada di kisaran US$ 0,5/Wp. Ini menjadikan harga sistem berada di sekitar US$ 1.500/ kWp dan biaya pokok produksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya berada di kisaran US$ 0,04/ kWh.(mca/wdl)

Sumber : Detik.com

No comments:

Post a Comment