Imam Bukhari Siap Ke Neraka? Benarkah? Cukup beralasan pertanyaan ini muncul dari seorang santri yang berani mempertanyakan apa saja tanpa 'ewuh' atau takut di setrap kiyainya. Pertama, Imam Bukhari menuliskan hadits mengenai ancaman bagi seseorang yang berbohong atas nama Nabi. Yang kedua Beliau sendiri entah sadar atau tidak ternyata menuliskan juga hadits hadits yang disinyalir palsu. Masalahnya sederhana. Siapa saja yang mengatakan "qoola rasulullah saw,........dst" padahal Nabi tidak pernah mengatakan demikian,.. maka itulah yang disebut berbohong atas nama Nabi. Thus, jika Bukhari mencantumkan suatu hadits kemudian terbukti bahwa hadits itu palsu, artinya Bukhari telah berbohong atas nama Nabi, karena sebenarnya Rasulullah tidak pernah mengatakan hal yang demikian itu. Jadi apakah memang benar Bukhari sudah siap ke neraka dengan pencantuman hadits palsu dalam kitabnya yang dicap sebagai paling shahih itu? Bagaimana penjelasannya?
Mengenai hadits palsu dalam shahih Bukhari silakan baca disini http://wiseislam.blogspot.com/2012/03/prof-dr-muhibbin-hadis-palsu-dan-lemah.html
Mengenai Ancaman bagi yang berdusta atas nama Nabi bisa baca di sini http://wiseislam.blogspot.com/2013/04/ancaman-bagi-yang-berdusta-atas-nama.html
1. Jika kita asumsikan Bukhari sebagai orang yang menyampaikan hadits kepada kita maka dalam masalah hadits palsu yang tercantum dalam kitabnya menjadi kasus berbohong atas nama Rasul
Contoh: salah satu hadits tentang isra' miraj, (Qatadah: Telah mengisahi kami Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah ra, ia telah berkata: Telah bersabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: “...............dst") Jika benar Rasulullah bersabda demikian, tentu tak masalah. Namun jika sebenarnya Nabi tidak mengatakan hal tersebut maka Bukhari masuk ke dalam kelompok orang yang berdusta atas nama Rasulullah. Konsekuensi ini tidak harus menunggu pembuktian orang mengenai sahih atau tidaknya hadits tersebut. Yang jelas hanya ada dua kemungkinan itu.
2. Beberapa orang yang lebih hati hati memilih menempatkan Bukhari bukan sebagai orang yang menyampaikan sabda Rasulullah. Menurut mereka yang terbaik adalah menempatkan Bukhari sebagai seorang pengumpul data. Tugas Ulama berikutnya adalah menyeleksi kumpulan data bukhari ini untuk dipilih mana yang sejalan dengan Quran dan mana yang tidak. Mana yang logis mana yang tidak. Begitu seterusnya hingga tidak tersisa kecuali yang benar benar jauh dari kesalahan. Hasil seleksi ini juga belum bisa dikatakan 100% benar merupakan perkataan Nabi. Pintu bagi ahli hadits baru yang bersedia menyeleksi lagi tetap harus dibuka, begitu seterusnya.
3. Nampaknya Bukhari sendiri menempatkan dirinya sebagai pengumpul hadits sebagaimana dimaksud orang orang pada poin 2 di atas. Buktinya dalam kitab itu dia membuat klasifikasi. Kalau boleh disebut akurasi maka sebenarnya yang disebut shahih hasan dst adalah tingkat akurasi hadits dalam penisbatannya pada Rasullah.
4. Jika benar Bukhari seorang akademisi nomor wahid, pasti beliau berani mengubah stempel shahih nya sebuah hadits apabila ditemukan beberapa data yang menunjukkan bahwa hadits tersebut bertentangan dengan Quran atau bertentangan dengan logika.
Jadi benarkah Imam Bukhari Siap Ke Neraka?,...nampaknya pertanyaan ini perlu diperbaiki. Bukhari mendedikasikan hidupnya untuk mengumpulkan hadits dengan asumsi semakin banyak data yang bisa terkumpul diharapkan orang sesudahnya bisa menempuh jalan yang lebih mudah dalam menentukan hukum dan konsep konsep ajaran Islam.
No comments:
Post a Comment