Beginilah
cerminan aspirasi masyarakat dan kalangan mahasiswa, yang tanpa diinstruksikan
mereka berusaha mewujudkan bahwa di negara NKRI ini tidak satupun orang atau
pihak yang berwenang dan berkuasa untuk menghalalkan tindak kekerasan apalagi
penganiayaan terhadap masyarakat awam yang notabene tak berpendidikan.
Masyarakat dan mahasiswa sadar bahwa, kepentingan pribadi dengan kepentingan
pekerjaan jabatan wajib untuk dipisahkan dalam orientasinya. Aspirasi masyarakat
dan mahasiswa itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap apa yang dinamakan
kebebasan berekspresi dan mengutarakan pendapat, tanpa dicampuri oleh urusan
dan ditunggangi kepentingan politik sedikit pun. Masyarakat dan mahasiswa yang
tergabung dari berbagai aliansi dan elemen tersebut, hanya menginginkan seorang
pemimpin yang bisa menjaga rasa perdamaian dan ketentraman masyarakat kabupaten
kampar. Tugas dan tanggungjawab pemimpinlah mewujudkan ketentraman dan
kedamaian tersebut. Pemimpin itu harus elegan dan intelek dalam menyikapi kasus
yang menyangkut kepentingan pribadinya semata, pemimpin tersebut tak perlu
mengkait-kaitkan urusan pekerjaan pemerintahaannya dengan urusan kepentingan
pribadinya semata, pemimpin yang bijak itu bisa memilah dan professional, tanpa
mendewakan perasaan emosional dan kekuatan yang telah dimilikinya selama ini.
Kepentingan pribadi yang terbentur dalam hal sengketa lahan tanah tersebut,
sejatinya adalah cerminan bahwa seorang pemimpin tersebut telah GAGAL TOTAL
dalam menyikapi perbedaan pandangan dan pendapat yang berujung kepada sengketa
kepemilikan lahan, dimana diantara kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka
memiliki keabsahan dalam hal kepemilikan lahan tanah tersebut. Terlepas dari
itu semua, masyarakat dan mahasiswa menilai bahwa pemimpin yang tak bisa
merangkul perbedaan pendapat tersebut bukanlah sosok yang bisa dijadikan untuk
tempat bernaung bagi masyarakat kabupaten kampar dan publik. Masyarakat butuh
pemimpin yang elegan, sopan, berdemokrasi dan berempati kepada masyarakat
kalangan bawah yang memerlukan uluran tangan dan “tangan dingin” beliau untuk
menciptakan suasana yang kondusif. Pemimpin yang bisa menciptakan suasana
kondusif tersebut, tentulah akan mampu pula menjaga dan mempertahankan suasana
kondusif sampai akhir masa jabatannya selesai. Pemimpin tak perlu salahkan
lawan politik ! pemimpin tak perlu menjaga jarak terhadap lawan politik !
pemimpin tak perlu mengintimidasi masyarakat dan mahasiswa dengan berusaha
terus mempertahankan ke STATUS QUOAN nya tersebut. Alih-alih professional dalam
menyikapi sengketa yang kita sadari saat ini, urusan yang semula bermuara dan
berasal murni dari urusan kepentingan pribadi semata jangan sampai di arak dan
di giring kedalam urusan ranah politik pemerintahan ! Tak baik dan tak elegan
terbesit dalam pemikiran seorang pemimpin yang sudah tak sanggup lagi
memilah-milah lagi mana urusan pribadi dan mana urusan bernegara. Sekian semoga
bermanfaat. Tetap terus perjuangkan aspirasi mu teman-teman mahasiswa, jaga
integritas dan jaga idealisme selalu agar tak bisa diboncengi oleh pihak-pihak
yang mengakui berkepentingan dalam politik. Berjuanglah !
No comments:
Post a Comment