Wednesday, 4 June 2014

Isteri dan Bupati Kabupaten Kampar GAGAL bersikap Professional !

 
Suasana demo di jembatan danau Bingkuang, Tambang
 

Beginilah cerminan aspirasi masyarakat dan kalangan mahasiswa, yang tanpa diinstruksikan mereka berusaha mewujudkan bahwa di negara NKRI ini tidak satupun orang atau pihak yang berwenang dan berkuasa untuk menghalalkan tindak kekerasan apalagi penganiayaan terhadap masyarakat awam yang notabene tak berpendidikan. Masyarakat dan mahasiswa sadar bahwa, kepentingan pribadi dengan kepentingan pekerjaan jabatan wajib untuk dipisahkan dalam orientasinya. Aspirasi masyarakat dan mahasiswa itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap apa yang dinamakan kebebasan berekspresi dan mengutarakan pendapat, tanpa dicampuri oleh urusan dan ditunggangi kepentingan politik sedikit pun. Masyarakat dan mahasiswa yang tergabung dari berbagai aliansi dan elemen tersebut, hanya menginginkan seorang pemimpin yang bisa menjaga rasa perdamaian dan ketentraman masyarakat kabupaten kampar. Tugas dan tanggungjawab pemimpinlah mewujudkan ketentraman dan kedamaian tersebut. Pemimpin itu harus elegan dan intelek dalam menyikapi kasus yang menyangkut kepentingan pribadinya semata, pemimpin tersebut tak perlu mengkait-kaitkan urusan pekerjaan pemerintahaannya dengan urusan kepentingan pribadinya semata, pemimpin yang bijak itu bisa memilah dan professional, tanpa mendewakan perasaan emosional dan kekuatan yang telah dimilikinya selama ini. Kepentingan pribadi yang terbentur dalam hal sengketa lahan tanah tersebut, sejatinya adalah cerminan bahwa seorang pemimpin tersebut telah GAGAL TOTAL dalam menyikapi perbedaan pandangan dan pendapat yang berujung kepada sengketa kepemilikan lahan, dimana diantara kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka memiliki keabsahan dalam hal kepemilikan lahan tanah tersebut. Terlepas dari itu semua, masyarakat dan mahasiswa menilai bahwa pemimpin yang tak bisa merangkul perbedaan pendapat tersebut bukanlah sosok yang bisa dijadikan untuk tempat bernaung bagi masyarakat kabupaten kampar dan publik. Masyarakat butuh pemimpin yang elegan, sopan, berdemokrasi dan berempati kepada masyarakat kalangan bawah yang memerlukan uluran tangan dan “tangan dingin” beliau untuk menciptakan suasana yang kondusif. Pemimpin yang bisa menciptakan suasana kondusif tersebut, tentulah akan mampu pula menjaga dan mempertahankan suasana kondusif sampai akhir masa jabatannya selesai. Pemimpin tak perlu salahkan lawan politik ! pemimpin tak perlu menjaga jarak terhadap lawan politik ! pemimpin tak perlu mengintimidasi masyarakat dan mahasiswa dengan berusaha terus mempertahankan ke STATUS QUOAN nya tersebut. Alih-alih professional dalam menyikapi sengketa yang kita sadari saat ini, urusan yang semula bermuara dan berasal murni dari urusan kepentingan pribadi semata jangan sampai di arak dan di giring kedalam urusan ranah politik pemerintahan ! Tak baik dan tak elegan terbesit dalam pemikiran seorang pemimpin yang sudah tak sanggup lagi memilah-milah lagi mana urusan pribadi dan mana urusan bernegara. Sekian semoga bermanfaat. Tetap terus perjuangkan aspirasi mu teman-teman mahasiswa, jaga integritas dan jaga idealisme selalu agar tak bisa diboncengi oleh pihak-pihak yang mengakui berkepentingan dalam politik. Berjuanglah !

No comments:

Post a Comment